Merawat Karbon Biru Lewat Bantuan Teknologi
- Freepik/tawatchai07
VIVA Tekno – Telkomsel memanfaatkan teknologi internet segalanya (internet of things/IoT) dalam melindungi serta mengawasi ekosistem hutan bakau (mangrove) di Taman Hutan Raya atau Tahura Ngurah Rai, Bali.
Berdasarkan estimasi UNESCO, deforestasi hutan mangrove sedunia hingga sebanyak 40 persen dalam kurun waktu 40 tahun terakhir telah mendorong pertumbuhan angka emisi karbon hingga 10 persen secara global.
Hal ini menunjukkan pentingnya mangrove berikut ekosistem karbon birunya, seperti rawa asin (salt marshes), padang lamun (seagrass beds), dan lahan basah pesisir (coastal wetland).
Karbon biru atau blue carbon merupakan istilah yang digunakan untuk cadangan emisi karbon yang diserap, disimpan dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut. Istilah tersebut dilatarbelakangi oleh keadaan karbon yang terserap dan tersimpan di bawah air dan berhubungan dengan perairan.
Potensi karbon biru di Indonesia sangatlah besar, yakni mencapai 3,4 Giga Ton (GT) atau sekitar 17 persen di dunia. Di Indonesia, blue carbon tersebar pada ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, hutan bakau, padang lamun, serta lahan gambut di kawasan pesisir.
Luasnya hutan mangrove yang Indonesia miliki menjadi potensi besar bagi tempat penyerapan karbondioksida (CO2) dari atmosfer kemudian disimpan dan diubah dalam bentuk biomassa tubuh.
"Kami mendorong upaya digitalisasi untuk perlindungan dan pengawasan terhadap Kawasan Konservasi Mangrove Tahura Ngurah Rai, termasuk potensi nilai ekonomi dan potensi pariwisatanya," kata Vice President Corporate Communications Telkomsel Saki Hamsat Bramono, dalam konferensi pers virtual, pekan lalu.
Dalam upaya mendukung pelestarian hutan mangrove yang sangat penting bagi kehidupan di pesisir, sangat diperlukan teknologi IoT yang dapat membantu memantau kondisi hutan secara real-time serta mengambil keputusan secara efektif dan efisien berdasarkan analisis.
Digitalisasi hutan mangrove yang dinamai Program Tahura Digitalization Support itu akan mengoptimalkan kapabilitas jaringan broadband terdepan Telkomsel yang menjangkau wilayah sekitar Tahura Ngurah Bali untuk meningkatkan konektivitas dan mengakomodasi pemantauan kualitas air secara digital di area penyemaian mangrove.
Menggunakan konsep IoT Smart Agriculture, kecanggihan sensor internet of things milik anak usaha Telkom Indonesia tersebut memungkinkan pengukuran nilai rata-rata parameter perairan di ekosistem mangrove, baik kualitas air, debit air, maupun PH (kadar asam) air.
Pemantauan keseluruhan data tersebut kini dapat dilakukan secara presisi dan real-time melalui satu digital dashboard monitor yang berlokasi di Tahura Office Command Center.
"Kami juga mengimplementasikan teknologi 5G Augmented Reality (AR) yang dapat diakses melalui tablet, smartphone, maupun laptop untuk mengakomodasi virtual tourism bagi wisatawan domestik maupun mancanegara," ungkap Saki.