Perusahaan dan UMKM Semakin Sadar akan Bahaya Kejahatan Siber

Ilustrasi peretasan/hacker.
Sumber :

VIVA Tekno – Keamanan siber semakin banyak diadopsi karena meningkatnya kompleksitas infrastruktur TI, kebutuhan untuk meningkatkan tingkat keahlian spesialis keamanan dan ketidakpastian geopolitik atau ekonomi.

UMKM Wingko Babat Lamongan Sukses Puluhan Tahun Berkat Dukungan BRI

Sebuah studi PWC menyatakan, meningkatnya minat bisnis dalam keamanan siber disebabkan oleh pertumbuhan penggunaan teknologi digital dan lanskap ancaman yang terus berkembang, yang menghasilkan lonjakan dalam keamanan TI.

Untuk mengeksplorasi mendalam bagaimana bisnis merencanakan anggaran untuk ruang lingkup ini dan strategi untuk investasi lebih lanjut, Kaspersky melakukan 3.230 wawancara di 26 negara dari perusahaan dengan lebih dari 50 karyawan. Sebanyak 834 responden berasal dari Asia Pasifik.

Menko Cak Imin Sebut Tak Ada Bansos Khusus karena Kenaikan PPN Jadi 12 persen

Hasilnya menunjukkan bahwa anggaran untuk keamanan siber akan meningkat selama tiga tahun ke depan bagi UMKM dan perusahaan untuk menangani berbagai insiden.

Anggaran keamanan siber rata-rata pada tahun 2022 adalah US$3,75 juta untuk perusahaan, sedangkan sektor UMKM US$150 ribu. Di Asia Pasifik (APAC), UMKM dan perusahaan akan meningkatkan anggaran pertahanan online tiga persen lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 14 persen.

Pekerjaan yang Cocok untuk Si Cerewet: 5 Pilihan Karier yang Menguntungkan

Ilustrasi hacker atau serangan siber.

Photo :
  • Dok. Kaspersky

Responden menyoroti kompleksitas infrastruktur TI (61 persen untuk UMKM lokal dan perusahaan lokal) dan kebutuhan untuk meningkatkan level keahlian spesialis keamanan (56 persen untuk kedua sektor).

Sementara faktor meningkatnya ketidakpastian geopolitik atau ekonomi disorot sebagai alasan peningkatan investasi sebesar 45 persen di UMKM dan 50 persen di level perusahaan.

"Meningkatkan anggaran untuk keamanan siber adalah langkah yang tepat untuk membangun pertahanan perusahaan terhadap serangan siber dan melindungi aset dari ancaman yang mungkin terjadi di tahun 2023,” ujar Chris Connell, Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky dalam keterangan resminya, Senin, 20 Februari 2023.

Penganggaran tambahan diharapkan akan membantu perusahaan lokal di Asia Pasifik dalam mengatasi sebagian besar masalah terkait keamanan TI.

Ditemukan juga lebih dari setengah (59 persen) bisnis menganggap masalah perlindungan data sebagai yang paling menantang.

Kekhawatiran terpenting kedua yang disoroti (51 persen) adalah biaya untuk mengamankan ruang lingkup teknologi yang semakin kompleks, diikuti dengan masalah adopsi infrastruktur cloud (44 persen).

“Kelangsungan bisnis selalu bergantung pada keamanan informasi. Saat ini ketika infrastruktur menjadi lebih kompleks dan serangan dunia maya menjadi lebih canggih, bisnis menjadi lebih sadar dunia maya dan lebih memahami kebutuhan untuk melindungi setiap aset di dalam organisasi,” imbuh VP Corporate Products Kaspersky, Ivan Vassunov.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya