Kecebong Ditemukan Ngumpet di Lokasi yang Sebelumnya Tidak Terdeteksi
- Universitas Keio
VIVA Tekno – Awan debu yang sangat besar dan cacat, yang dijuluki ‘kecebong’ oleh para astronom dapat menunjukkan lokasi jenis lubang hitam yang sangat langka, yang tidak pernah dipastikan keberadaannya di galaksi kita sebelumnya.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan 10 Januari di The Astrophysical Journal, para peneliti yang berbasis di Jepang menggambarkan awan debu aneh yang terlihat seperti kecebong berkepala besar, berekor panjang dan berada di dekat pusat Bima Sakti di konstelasi Sagitarius, sekitar 27.000 tahun cahaya dari Bumi.
Wilayah Bima Sakti yang dikenal sebagai Zona Molekul Pusat ini sangat padat dengan awan debu pembentuk bintang yang menggumpal di sekitar lubang hitam supermasif di pusat galaksi kita yang dikenal sebagai Sagitarius A*. Bahkan di lingkungan ekstrem ini, bentuk dan gerakan kecebong sangat menonjol bagi para peneliti.
Menggunakan pengamatan dari Teleskop James Clerk Maxwell di Hawaii, serta Teleskop Radio Nobeyama 45-m di Nagano, Jepang, tim menganalisis kecebong dan lingkungan sekitarnya dalam berbagai panjang gelombang.
Para peneliti menemukan bahwa kecebong sedang diregangkan ke bentuknya yang tidak biasa oleh tarikan gravitasi yang kuat dari objek di dekatnya. Namun, tidak peduli panjang gelombang mana yang mereka lihat, pencarian tim tidak menemukan tanda-tanda sesuatu yang cukup masif untuk menyebabkan deformasi seperti itu.
Ketiadaan yang mencolok ini mengungkapkan petunjuk besar tentang identitas objek tak terlihat itu, sebagaimana dikutip dari laman Live Science, Senin, 20 Februari 2023.
“Kekompakan spasial kecebong dan tidak adanya pasangan terang di panjang gelombang lain menunjukkan bahwa objek tersebut bisa jadi merupakan lubang hitam bermassa menengah,” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.
Lubang hitam sangat masif sehingga tidak ada apa pun di sna, bahkan cahaya dapat lolos dari tarikan gravitasinya sehingga para astronom tidak dapat melihatnya secara langsung. Namun para peneliti dapat mengidentifikasi lubang hitam berdasarkan cara monster kosmik ini melengkungkan ruang dan objek di sekitarnya.
Sebagian besar lubang hitam yang ditemukan hingga saat ini terbagi dalam dua kategori, lubang hitam bermassa bintang yang beratnya bisa mencapai 100 kali massa Matahari Bumi dan terbentuk ketika bintang masif runtuh karena beratnya sendiri.
Berikutnya adalah lubang hitam supermasif yang berada di pusat hampir semua galaksi besar dan berpotensi jutaan hingga miliaran kali lebih masif dari Matahari. Para ilmuwan masih belum yakin bagaimana lubang hitam supermasif di alam semesta terbentuk.
Di antara kedua kategori tersebut terdapat jenis lubang hitam ketiga yang sulit dipahami yaitu lubang hitam bermassa menengah. Objek-objek ini dapat berukuran antara 100 hingga 100.000 massa Matahari, dianggap sebagai mata rantai yang hilang dalam teori lubang hitam karena ukuran mediumnya dapat mewakili tahap pertumbuhan penting antara lubang hitam yang lebih kecil dan yang supermasif.
Sejauh ini, hanya segelintir kandidat lubang hitam bermassa menengah yang telah diidentifikasi di seluruh alam semesta. Tidak ada yang pernah terbukti ada di Bima Sakti meski beberapa kandidat telah terlihat, termasuk empat lainnya di dekat pusat galaksi.