Studi Terbaru: Alzheimer Bisa Didiagnosis 3,5 Tahun Sebelumnya Lewat Tes Darah

Ilustrasi Tes Darah
Sumber :
  • pixabay/publicdomainpictures

VIVA Digital  – Penyakit Alzheimer dapat didiagnosis 3,5 tahun sebelumnya, menurut penelitian terbaru menggunakan tes darah sederhana.

Pertama di Indonesia, Program Studi Artificial Intelligence (AI) Diluncurkan

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience (IoPPN) di King's College di London menemukan tes darah yang berpotensi memprediksi risiko pengembangan penyakit yang disengaja, bertahun-tahun sebelum diagnosis klinis dibuat.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Brain, melalui New York Post, menunjukkan ada bagian darah pada manusia yang dapat mempengaruhi pembentukan neuron dari sel induk saraf di otak. Disebut neurogenesis, ini terjadi di hippocampus, area otak yang mengontrol pembelajaran dan memori. Pada tahap awal, penyakit Alzheimer memengaruhi pembentukan sel-sel otak baru di hippocampus.

Working Memory Kasusnya Meningkat pada Anak, Kenali Sebab dan Solusinya

Ilustrasi Alzheimer atau Demensia

Photo :
  • Eat This

Studi ini dilakukan selama beberapa tahun dengan para peneliti mengumpulkan sampel darah dan mengamati 56 orang yang telah didiagnosis dengan Mild Cognitive Impairment (MCI), yang gejalanya melibatkan penurunan daya ingat, bahasa atau penilaian, dan terkadang dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.

6 Manfaat Sarapan untuk Anak, Salah Satunya Cegah Obesitas

Mereka yang didiagnosis dengan MCI mengembangkan penyakit Alzheimer pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang tidak, dan dari 56 peserta dalam penelitian ini, 36 orang kemudian didiagnosis menderita penyakit Alzheimer.

Sebelumnya, para peneliti hanya mampu mempelajari neurogenesis pada penderita Alzheimer secara post-mortem. Ketika penelitian mengamati sampel darah peserta pada tahap awal perkembangan penyakit Alzheimer, mereka menemukan bahwa perubahan neurogenesis terjadi 3,5 tahun sebelum diagnosis klinis.

Penulis studi tersebut mengatakan penelitian tersebut mungkin telah menemukan bukti pertama pada manusia yang menunjukkan bagaimana sistem peredaran darah tubuh dapat mempengaruhi kemampuan otak untuk membentuk sel-sel baru, memberikan garis waktu untuk perkembangan penyakit Alzheimer.

"Dalam penelitian kami, kami bertujuan menggunakan model ini untuk memahami proses neurogenesis dan menggunakan perubahan dalam proses ini untuk memprediksi penyakit Alzheimer," kata Profesor Sandrine Thuret, penulis utama studi tersebut.

Thuret mencatat penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tikus muda menunjukkan darah mereka memiliki efek peremajaan pada kesadaran tikus yang lebih tua dengan meningkatkan neurogenesis hippocampal.

Ilustrasi Tes Darah

Photo :
  • pixabay/publicdomainpictures

“Ini memberi kami ide untuk memodelkan proses neurogenesis dalam piringan menggunakan sel otak manusia dan darah manusia,” lanjutnya. “Dalam penelitian kami, kami bertujuan untuk menggunakan model ini untuk memahami proses neurogenesis dan menggunakan perubahan dalam proses ini untuk memprediksi penyakit Alzheimer, dan menemukan bukti pertama pada manusia bahwa sistem peredaran darah tubuh dapat berpengaruh pada kemampuan otak untuk membentuk sel-sel baru.”

Temuan ini berpotensi memungkinkan prediksi Alzheimer dengan cara non-invasif, serta membantu untuk lebih memahami apa yang dialami otak selama tahap awal penyakit Alzheimer.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya