Terkuak Sudah Misteri Blood Falls, Air Terjun Darah di Kutub Utara

Blood Falls atau Air Terjun Darah di Antartika.
Sumber :

VIVA Tekno – Fenomena mencairnya gletser di Kutub Utara menjadi hal yang dihindari namun lumrah terjadi semenjak Bumi mengalami pemanasan global. Namun, bagaimana jika gletser yang mencair mengeluarkan aliran air berbau anyir layaknya darah?

Blood Falls atau air terjun darah merupakan fenomena pencairannya Gletser Taylor ke Danau Bone, Artik diketahui telah terjadi sejak seabad lalu.

Pada 1911, sejumlah ilmuwan kala itu menemukan sebuah Gletser berwarna merah darah di tengah dataran es nan putih.

Beruang Kutub mencari makan di Kutub Utara.

Photo :
  • Airlink Alaska

Kala itu, ilmuwan berpikir bahwa warna merah disebabkan oleh alga yang membekukan es. Sayangnya, hal tersebut ditepis seabad kemudian.

Terbaru, peneliti menemukan bahwa rona merah pekat yang membuat aliran Gletser Taylor berwarna merah pekat seperti darah adalah kandungan garam besi yang merembes keluar dari es.

Garam besi tersebut disinyalir berubah menjadi merah saat bersentuhan dengan udara. Mengulik lebih jauh mengenai Gletser Taylor, lewat sebuah studi yang dilakukan pada 2017, para ilmuwan menemukan bahwa Gletser Taylor terbentuk kira-kira 2 juta tahun silam.

Gletser tersebut menjebak danau air asin di bawahnya. Jutaan tahun kemudian, danau purba mencapai tepi gletser dan mengeluarkan air asin.

Planet Aneh Ditemukan, Mirip Permen Kapas

Air Terjun Klinting Kuning: Sensasi Kesegaran Alam dan Rahasia Kulit Sehat!

Sebelumnya, pada 2015, para peneliti menemukan jaringan sungai yang mengalir melalui retakan di gletser menggunakan radar penembus es. Artinya, air cair bisa ada di dalam gletser yang sangat dingin.

Ahli glasiologi di University of Alaska Fairbanks, Erin Pettit kala itu mengatakan bahwa udara melepaskan panas saat membeku dan panas itu menghangatkan es yang lebih dingin di sekitarnya.

Misteri Kematian Satpam di Agam Tanpa Kedua Bola Mata, Saksi Ungkap Ini

"Panas dan suhu beku air asin yang lebih rendah memungkinkan pergerakan cairan. Gletser Taylor sekarang adalah gletser terdingin yang diketahui memiliki air yang terus mengalir," kata Erin seperti dikutip dari Insider.

Blood Falls atau Air Terjun Darah di Antartika

Photo :

Temuan lainnya mengenai Blood Falls, pada 2009, para peneliti mengetahui bahwa danau bawah laut adalah rumah bagi penghuni unik yang terdiri dari komunitas mikroba yang dapat bertahan hidup dalam kondisi ekstrem, tanpa cahaya atau oksigen.

Untuk bertahan hidup, mereka memanfaatkan besi dan sulfat. Kala itu, para peneliti yakin danau yang terperangkap di bawah gletser jutaan tahun lalu itu penuh dengan mikroba.

Hingga saat ini, para peneliti percaya bahwa dengan mempelajari mikroba yang berada di Blood Falls akan menjadi keuntungan bagi astrobiologi.

Mereka dapat menjelaskan bagaimana kehidupan dapat bertahan di dunia lain dengan badan air beku yang serupa seperti di Planet Mars.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya