Studi Ungkap Cara Manusia Purba Bertahan Hidup saat Musim Dingin

Ilustrasi manusia purba.
Sumber :
  • Phys.org

VIVA Tekno – Pernahkah kamu berpikir menganai bagaimana manusia purba bertahan hidup saat musim dingin? Khususnya di wilayah Eropa yang memiliki musim dingin atau salju.

Inspiratif, Nukila Evanty Menjaga Identitas dan Hak Suku Laut di Tengah Arus Modernisasi

Penelitian yang diterbitkan di Journal of Human Evolution menyingkap fakta mengenai hal tersebut. Ini dibuktikan setelah menguji sisa tulang belulang dari situs arkeologi Schoningen di Lower Saxony. Berikut ulasan studi yang mengungkap Cara Manusia Purba Bertahan Hidup Saat Musim Dingin:

Tahan Hidup dengan Menggunakan Kulit Beruang

Gunung Fuji Cetak Rekor Tidak Muncul Salju Terlama dalam Sejarah

Beruang kutub

Photo :
  • U-Report

Peneliti menemukan bekas luka di kaki dan sisa tulang kaki beruang gua di Schoningen Lower Saxony, artinya manusia purba yang hidup di Eropa utara lebih dari 300.000 tahun yang lalu ternyata menggunakan kulit beruang untuk menghangatkan dirinya.

Peneliti Ungkap Tantangan dan Peluang Besar Transformasi Sistem Pangan Berkelanjutan di Indonesia

Para peneliti mengatakan, temuan tersebut menjadi bukti tertua jenis ini di dunia dari nenek moyang tipe awal, yang kemungkinan belum memiliki ciri anatomis yang sama dengan manusia modern.

"Bekas luka yang baru ditemukan ini merupakan indikasi bahwa sekitar 300.000 tahun yang lalu, orang-orang di Eropa Utara dapat bertahan hidup pada musim dingin berkat kulit beruang yang hangat," ujar Ivo Verheijen, peneliti dari Universitas Tubingen, seperti dikutip dari Independent.

Penemuan Jaket Musim Dingin dari Beruang Gua

Manusia purba.

Photo :
  • U-Report

Pada penelitian sebelumnya, ditemukan pula jaket musim dingin yang terbuat dari beruang gua yang telah punah. Jaket tersebut terdiri dari bulu luar panjang yang membentuk lapisan pelindung udara dan bulu pendek padat selama hibernasi.

Meski bekas luka pada tulang diartikan sebagai tanda penggunaan daging, para peneliti mengungkap hampir tidak ada daging yang diambil dari tulang tangan dan kaki.

"Dalam hal ini, kami dapat menghubungkan tanda luka yang halus dan tepat dengan pengupasan kulit yang hati-hati," katanya.

Para ilmuwan mengatakan, situs zaman batu tua memainkan peran penting dalam pemahaman manusia purba dan asal usul perburuan karena tombak tertua di dunia ditemukan di sana.

Umumnya, ketika hanya hewan dewasa yang ditemukan di situs arkeologi, para arkeolog mengalami perubahan sebagai bukti perburuan. Sedangkan di Schoningan, mereka mengatakan semua tulang dan gigi beruang adalah milik orang dewasa.

Kulit Beruang Harus Segera Diambil Agar Dapat Digunakan

Ilustrasi manusia purba.

Photo :
  • U-Report

Para peneliti mengatakan, kulit beruang harus segera diambil setelah hewan tersebut mati karena jika bulunya hilang maka kulit tidak dapat digunakan. Para ilmuwan mengatakan, lokasi bekas luka pada beruang menunjukkan hewan tersebut dieksploitasi untuk diambil kulitnya. Ini menjadi kunci adaptasi manusia purba terhadap iklim di utara.

Bekas luka yang sangat tipis pada spesimen beruang yang ditemukan membuktikan pemotongan yang halus dan pola serupa pada beruang yang ditemukan di situs zaman batu lainnya.

"Jadi hewan tidak hanya dimanfaatkan untuk makanan, tetapi bulu mereka juga penting untuk bertahan hidup saat dingin," kata penulis studi lainnya, Nicholas Conard.

Kulit beruang memiliki sifat isolasi yang tinggi dan berperan dalam adaptasi nenek moyang Pleistosen Tengah dengan kondisi dingin yang ganas dan musim dingin di Eropa Barat Laut.

Loreal - UNESCO for Women in Science National Fellowship 2024 Award Ceremony

Hadirkan Inovasi untuk Indonesia, 4 Peneliti Perempuan Raih Penghargaan L’Oreal - UNESCO For Women in Science 2024

Tahun ini, 4 perempuan peneliti berprestasi berhasil meraih penghargaan yang disertai dengan pendanaan riset senilai Rp100 juta untuk masing-masing peneliti.

img_title
VIVA.co.id
12 November 2024