Amerika Ketar-ketir sama China
- Daily Tribune
VIVA Tekno – Kepala NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa) khawatir China akan mengklaim Bulan sebagai wilayahnya sendiri dan mencegah Amerika Serikat (AS) mendarat di sana lagi.
"Itu adalah fakta. Kita berada dalam perlombaan antariksa," kata Administrator NASA, Bill Nelson dalam sebuah wawancara. Ia melanjutkan bahwa mereka sebaiknya berhati-hati agar China tidak sampai ke suatu tempat di Bulan dengan kedok penelitian ilmiah.
"Dan ada kemungkinan bahwa mereka akan berkata ‘menjauhlah, kami di sini, ini adalah wilayah kami', " tambah Nelson, mengutip situs Metro, Senin, 2 Januari 2023.
Bill Nelson yang diangkat ke posisi puncak NASA oleh Presiden Joe Biden pada 2021 mengklaim dirinya dan lainnya semakin khawatir dengan rencana negeri Tirai Bambu untuk eksplorasi Bulan.
Kehadiran luar angkasa negara itu telah tumbuh secara besar-besaran selama beberapa tahun terakhir dan pada 2019, negara itu menjadi negara pertama yang menjelajahi sisi gelap satelit alami Bumi dengan wahana Chang'e 4.
Namun menurut Nelson, negara komunis itu mungkin berencana menyudutkan pasar di lokasi yang kaya akan sumber daya di permukaan Bulan. China kemudian dapat memblokir AS dan negara lain untuk mendirikan pangkalan Bulan dan melakukan aktivitas lain di sana.
"Jika Anda meragukannya, lihat apa yang mereka lakukan dengan Kepulauan Spratly," katanya dalam wawancara dengan Politico.
Kepulauan Spratly adalah sebidang tanah yang diperebutkan di Laut Cina Selatan. Beijing telah mengklaim kepemilikan kepulauan itu dan menggunakannya sebagai fasilitas penyimpanan senjata.
Ada desas-desus bahwa struktur di pulau-pulau itu cukup besar untuk menampung peluncur rudal balistik.
Setelah relatif tidak tersentuh selama lima puluh tahun, Bulan kembali menjadi target yang sangat menarik bagi kedua negara, yang diyakini pangkalan di sana dapat berfungsi sebagai titik awal untuk eksplorasi dan misi ilmiah lebih jauh ke tata surya.
Program Artemis NASA bertujuan untuk mengembalikan manusia ke Bulan pada 2024 dan menciptakan kehadiran manusia yang berkelanjutan, yang memungkinkan astronot mengunjungi Bulan secara teratur.
Misi ke Bulan era Apollo membuat astronot tinggal di Bulan hanya beberapa hari pada satu waktu. Sementara Misi Artemis bertujuan untuk menjadi batu loncatan untuk pangkalan Bulan jangka panjang.
"Kali ini ketika kita pergi ke Bulan kita akan tinggal. Itulah yang ingin kami lakukan," imbuh mantan Direktur NASA, Jim Bridenstine.
Untuk tujuan ini, NASA baru-baru ini memberikan  kontrak senilai £47.000.000 untuk membangun habitat dan jalan di bulan. Pada akhirnya agensi juga berharap dapat mendirikan pangkalan di Bulan dan mengirim astronot ke Mars pada akhir 2030-an atau awal 2040-an.
Sementara itu, ekspansi China ke luar angkasa selama beberapa tahun terakhir sangat luar biasa. Negara ini telah meluncurkan pengorbit, pendarat, dan penjelajah yang telah mencapai Bulan dan Mars.
Negara yang dipimpin Xi Jinping itu juga bekerja membangun stasiun luar angkasa independennya sendiri karena telah dilarang terlibat dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang dipimpin AS.