Musim Penghujan, Ketahui Penyebab Badai Petir Bisa Terbentuk
- Fernando Flores/Wikimedia
VIVA Tekno – Badai guntur atau disebut juga dengan badai petir adalah kondisi atau bentuk cuaca yang disebabkan oleh awan cumulonimbus (Cb). Badai petir biasanya ditandai dengan kilat dan petir.
Melansir laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terbentuknya badai guntur dapat terjadi karena tiga hal yakni uap air, ketidakstabilan/instabilitas udara, dan mekanisme pengangkatan massa udara (lifting).
Dalam kondisi badai, udara dikatakan tak stabil jika ia terus naik ketika ada dorongan ke atas. Suatu massa udara yang tidak stabil dicirikan oleh udara panas lembab di dekat permukaan dan udara dingin yang kering di atasnya.
Ketika kumpulan udara yang naik mengalami pendinginan, sebagian uap airnya akan terkondensasi membentuk awan cumulonimbus (Cb), yang umumnya disebut badai guntur (badai petir).
Pemicu Proses Terjadinya Badai Guntur
Secara umum, badai guntur memerlukan faktor pemicu agar bisa berkembang. Faktor ini dikenal dengan mekanisme awal yang menimbulkan gerakan massa udara ke atas.
Suhu di lapisan paling bawah atmosfer meningkat sangat cepat pada sore atau malam hari karena pemanasan daratan dan udara panas akan cenderung bergerak naik.
Pengangkatan (lifting) juga dapat disebabkan oleh adanya front, terutama front dingin dan dry?lines. Front adalah tempat transisi pertemuan massa udara yang berbeda.
Selain bagian depan, bentuk rupa bumi (terrain) juga dapat menyebabkan pengangkatan udara, seperti ketika aliran udara melalui daerah pegunungan maka angin akan dipaksa naik melewati lereng pegunungan.
Siklus Badai Guntur hingga Dapat Menghasilkan Hujan
Dalam situsnya, BMKG menjelaskan bahwa semua badai guntur terbentuk dari sel badai guntur.
Sel thunderstorm ini memiliki ciri khusus yaitu siklus hidupnya hanya sekitar 30 menit. Siklus hidup sebuah badai guntur dapat digambarkan dengan tahapan berikut ini.
1. Pada tahap menjadi towering cumulus (Cu), sebuah awan Cu mulai tumbuh secara vertikal mencapai ketinggian hingga 6 km.
Massa air di dalamnya menampilkan fitur updraft atau udara yang bergerak ke atas dengan beberapa aliran turbulensi terjadi di sekeliling tepi awan.
2. Pada saat badai petir mencapai tahapan matang, awan dapat berkembang dengan sangat tinggi, seringkali mencapai 12 km atau lebih.
Bahkan di puncak awan badai guntur, dapat mencapai lapisan tropopause, papan lapisan di mana segala unsur oksigen maupun karbondioksida sudah tidak ada. Akibatnya, hujan dihasilkan dan gaya gesekan ke bawah terdesak oleh butiran-butiran air hujan yang turun di sekitar wilayah udara yang menghasilkan downdraft (udara yang bergerak ke bawah).
Kemudian proses pendinginan massa udara akibat penguapan butiran-butiran air hujan akan meningkatkan kecepatan downdraft.
Laju updraft dan downdraft relatif lemah, yaitu sekitar 10m/detik, dan keduanya dapat saling mempengaruhi/bercampur.
3. Pada tahap peluruhan, hujan akan menyebar ke seluruh bagian awan badai guntur dan downdraft menjadi lebih luas.
Updraft semakin melemah, badai mulai kehabisan suplai udara panas yang lembab sebagai bahan bakarnya, dan akhirnya awan badai guntur akan meluruh.
Hujan ringan dan angin dapat tetap berlangsung untuk sementara waktu pada tahap ini, sebelum yang tertinggal hanya sisa-sisa awan bagian anvil dari cumulonimbus.