Ukraina Jadi Medan Perang Siber Rusia Vs NATO yang Disokong Amerika

Ilustrasi serangan siber.
Sumber :
  • KFGO.com

VIVA Tekno – Ukraina dijadikan tameng oleh NATO atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara bersama Amerika Serikat (AS) sebagai kendaraan untuk distribusi senjata siber yang tidak terkendali, ungkap Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Oleg Syromolotov.

Siapkan Teror Bom di Moskow, Anggota ISIS Ditembak Mati Intelijen Rusia

Ia menyatakan bahwa ancaman siber yang ditimbulkan oleh Ukraina di ruang informasi bersifat universal. "Strategi ini dapat memicu konsekuensi yang tidak terduga untuk semua anggota komunitas internasional, termasuk Rusia,” ujar Syromolotov.

Meski begitu, orang kepercayaan Vladimir Putin ini tidak merinci jenis senjata siber yang dimaksud. Namun begitu, ia mencatat bahwa setelah melancarkan operasi militer di Ukraina pada akhir Februari 2022, Rusia menghadapi agresi eksternal yang belum pernah terjadi sebelumnya di ruang informasi terbuka.

Gila, Tentara Korut Dieksekusi Mati Komandannya Sendiri dalam Perang di Rusia

Menurut laman Russia Today, Kamis, 29 Desember 2022, jumlah serangan siber ke Rusia meningkat sebanyak 80 persen. Oleg sebelumnya mengklaim bahwa serangan tak kasat mata tersebut sebagian besar berasal dari Uni Eropa (UE) dan Amerika Utara.

Kazakhstan Ungkap Kronologi hingga Detik-detik Mencekam sebelum Pesawat Azerbaijan Jatuh

Ilustrasi serangan hacker atau siber.

Photo :
  • Science News

Pada Oktober kemarin misalnya, Syromolotov menuduh Departemen Pertahanan AS (Pentagon) bersama Badan Keamanan Nasional atau NSA mendorong  'Russophobia' di kalangan hacker internasional, sambil memanfaatkan sektor swasta, termasuk Microsoft, untuk menerapkan rencana agresif.

Pada awal Agustus 2022, Oleg menegaskan bahwa AS dan Uni Eropa mengakui sudah menciptakan ‘tentara Ukraina yang tidak terlihat’ untuk menyerang infrastruktur Rusia.

Ini terjadi setelah Kepala Komando Siber AS Jenderal Paul Nakasone mengonfirmasi bahwa Washington telah melakukan serangkaian operasi bawah tanah untuk mendukung Kiev, termasuk operasi ofensif, defensif, dan informasi.

Lalu, pada Septembernya, Washington Post mengungkapkan bahwa AS telah mengembangkan jaringan akun media sosial palsu untuk menggelar perang psikologis dan informasi serta menyebarkan narasi pro-Barat. Itu diduga menyebarkan ratusan akun selama lima tahun terakhir, untuk memajukan narasi anti-Rusia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya