Begini Kondisi Terbaru Pulau Terbesar di Bumi
- Dok. NASA
VIVA Tekno – Gletser Greenland mencair 100 kali lebih cepat dari yang dihitung sebelumnya, menurut model baru yang memperhitungkan interaksi unik antara es dan air di fjord pulau itu.
Representasi matematis baru dari faktor pencairan glasial dalam pengamatan terbaru mengungkap tentang bagaimana es pergi jauh dari permukaan vertikal di ujung gletser di Greenland.
Sebelumnya, para ilmuwan menggunakan model yang dikembangkan di Antartika, tempat lidah glasial mengapung di atas air laut.
"Selama bertahun-tahun, orang mengambil model laju leleh untuk gletser terapung Antartika dan menerapkannya ke bagian depan gletser vertikal Greenland," kata penulis utama Kirstin Schulz, peneliti di Oden Institute for Computational Engineering and Sciences di University of Texas di Austin.
Ia melanjutkan semakin banyak bukti bahwa pendekatan tradisional menghasilkan tingkat pencairan yang terlalu rendah di front gletser vertikal Greenland.
Penelitian yang dipimpin oleh ahli kelautan fisik Rebecca Jackson dari Universitas Rutgers telah menggunakan perahu robot untuk mendekati tebing es yang berbahaya dan melakukan pengukuran.
Mereka telah melakukan ini di Gletser LeConte Alaska serta Kangerlussuup Sermia di Greenland. Mengutip dari situs Science Alert, Rabu, 21 Desember 2022, pengukuran Jackon menunjukkan bahwa model berbasis Antartika secara besar-besaran meremehkan pencairan glasial Arktik. LeConte misalnya, menghilang 100 kali lebih cepat dari prediksi model.
Campuran air tawar dingin dari gletser dan air laut yang lebih hangat mendorong sirkulasi laut di dekat gletser dan lebih jauh lagi di lautan, yang berarti pencairan memiliki implikasi yang luas.
Lapisan es Greenland juga menjadi momok yang penting untuk kenaikan permukaan laut karena es Greenland menampung cukup air untuk menaikkan permukaan laut hingga 20 kaki (6 meter).
Model ini menggunakan data terbaru dari misi dekat gletser bersama dengan pemahaman yang lebih realistis tentang bagaimana permukaan gletser yang curam dan seperti tebing berdampak pada hilangnya es.
Hasilnya konsisten dengan temuan Jackson, yang menunjukkan 100 kali lebih banyak lelehan daripada prediksi model lama. "Hasil model iklim laut sangat relevan bagi umat manusia untuk memprediksi tren yang terkait dengan perubahan iklim. Ini adalah langkah yang sangat penting untuk membuat model iklim menjadi lebih baik," jelasnya.