Singapura Ada di Puncak, Tel Aviv Israel Tergeser

Ilustrasi Singapura.
Sumber :
  • unsplash,com

VIVA Digital – Singapura dan New York sama-sama menduduki posisi pertama sebagai kota dengan biaya hidup termahal. Dilansir dari TIME, fakta tersebut terungkap melalui sebuah survei baru-baru ini.

Prancis Berang gara-gara Pegawai Penegak Hukumnya Ditahan Israel di Yerusalem

Menurut laporan biaya hidup seluruh dunia dari Economist Intelligence Unit (EIU), biaya hidup di 172 kota besar dunia melonjak rata-rata sebesar 8,1 persen selama setahun terakhir. Hal ini didorong oleh sejumlah faktor termasuk perang di Ukraina dan gangguan jaringan-jaringan perusahaan (rantai pasok).

Tahun lalu kota Tel Aviv di Israel menempati peringkat kesatu, kali ini terlempar ke posisi ketiga. Sementara Hong Kong dan Los Angeles menyusul di posisi lima besar.

PBB Sebut Warga Gaza Utara Hadapi Risiko Kematian akibat Penyakit dan Kelaparan

Star Ferry, Hong Kong

Photo :
  • Hong Kong Tourism Board
Media AS Sebut Trump Tak Akan Ancam Embargo Pasokan Senjata ke Israel, Ini Alasannya

Kota-kota di Asia cenderung menghindari kenaikan harga yang tajam dengan rata-rata kenaikan biaya hidup sebesar 4,5 persen. Meskipun begitu, kinerja masing-masing negara bervariasi karena kebijakan pemerintah dan pergerakan mata uang.

Dua kota asal Jepang yaitu Tokyo dan Osaka juga mengalami penurunan peringkat dan kini berada di urutan ke-24 dan 33. Menurunnya kedua kota ini disebabkan suku bunga yang tetap rendah.

Lalu Sydney melonjak ke 10 besar karena ekspor yang kuat dengan menopang dolar Australia. Mengikuti jejak Sydney, San Francisco melaju ke posisi delapan sejak 24 tahun lalu. Enam kota termahal di China (termasuk Hong Kong) naik peringkat dengan Shanghai masuk 20 besar.

Di sisi lain ibu kota Suriah yaitu Damaskus dan Tripoli di Libya menjadi kota dengan biaya hidup termurah.

Kepala biaya hidup seluruh dunia di EIU, Upasana Dutt, menyebutkan sejumlah penyebab perubahan peringkat negara dengan biaya hidup termahal.

“Perang di Ukraina, sanksi Barat terhadap Rusia, dan kebijakan nol-Covid China telah menyebabkan masalah rantai pasokan yang dikombinasikan dengan kenaikan suku bunga serta pergeseran nilai tukar uang mengakibatkan krisis biaya hidup di seluruh dunia” jelasnya.

“Kami dapat melihat dampaknya dalam indeks tahun ini, dengan kenaikan harga rata-rata di 172 kota dalam survei, kami menjadi yang terkuat yang pernah kami lihat dalam 20 tahun kami mempunyai data digital,” sambung Dutt.

Survei dilakukan pada bulan Agustus hingga September tahun ini dengan membandingkan lebih dari 400 harga individu di lebih dari 200 produk dan layanan di 172 kota mancanegara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya