Pembangunan Infrastruktur Kabel Bawah Laut Belum Masif, Ternyata Ini Kendalanya
- Freepik
VIVA Tekno – Kebutuhan internet di Indonesia bertumbuh luar biasa dalam dua tahun terakhir. Mengutip data Kementerian Komunikasi dan Informatika 2021, trafik layanan internet mencapai 39,7 petabyte, terjadi peningkatan 49 persen dibanding tahun sebelumnya.
Lonjakan kebutuhan internet ini menjadi tantangan penyedia layanan internet (ISP), yang membutuhkan dukungan infrastruktur teknologi yang memadai.
Direktur Utama Ketrosden Triasmitra Titus Dondi menyadari pentingnya transformasi digital yang membutuhkan konektivitas yang cepat, andal, serta kapasitas jaringan yang besar.
Perusahaan jaringan telekomunikasi fiber optik yang baru saja melaksanakan penawaran umum saham perdana atau IPO di Bursa Efek Indonesia pada 10 November 2022 itu diketahui berencana membangun jalur sistem komunikasi kabel laut (SKKL) Rising-8 dari Jakarta-Batam-Singapura.
SKKL ini akan memiliki panjang sekitar 1.150 kilometer dengan teknologi sistem repeatered dan mampu berkapasitas sebesar 25 terabyte per second per fiber pair.
Adapun dana yang dibutuhkan untuk membangun jaringan telekomunikasi kabel laut ini sekitar US$70 juta (Rp1,1 triliun) hingga US$100 juta (Rp1,5 triliun).
Meski begitu, Titus mengakui jika saat ini pembangunan infrastruktur kabel bawah laut masih belum bisa sepenuhnya dilakukan secara masif karena terdapat beberapa kendala. Salah satunya keterbatasan jumlah kapal penggelar kabel atau cable ship di Indonesia.
"Keterbatasan ini membuat para developer atau kontraktor yang akan melakukan penggelaran kabel bawah laut harus antre untuk memperoleh jadwal," ungkap dia, saat berbincang dengan wartawan di Kantor Ketrosden Triasmitra, Jakarta, Jumat, 25 November 2022.
Titus mengatakan, Triasmitra mengambil peluang tersebut dengan melakukan inisiatif untuk mempunyai kapal penggelar kabel laut sendiri.
Pada pertengahan tahun ini, perusahaan dengan kode saham KETR itu telah membeli Kapal Skandi Sotra berbendera Norwegia untuk dilakukan konversi menjadi kapal penggelar kabel laut.
Saat ini, kapal berbiaya US$25 juta (Rp392 miliar) tersebut masih dalam proses konversi di Pax Ocean Batam, Kepulauan Riau, dan sudah memiliki nama baru yakni Bentang Bahari.
Kapal juga telah dilengkapi dengan peralatan yang penting seperti remotely operated vehicle (ROV), cable plough, cable engine, dan peralatan-peralatan penting lainnya sehingga mumpuni untuk melakukan penggelaran kabel bawah laut baik di kedalaman atau water depth tinggi maupun sedang.
Selain akan dipakai untuk melakukan penggelaran kabel bawah laut, Kapal Bentang Bahari juga akan dipakai untuk perbaikan kabel bawah laut, terutama milik Triasmitra.
"Kapal ini akan siap beroperasi tahun 2023 dan akan melakukan tugas pertamanya untuk menggelar jalur SKKL Rising-8. Kami juga punya target tahun depan sudah mulai membangun SKKL ke Indonesia Tengah dan Timur," jelas Titus.