Tenang Vivanians! Jadi Ambisius Tak Perlu Korbankan Kesehatan Mental
- drobotdean/freepik
VIVA Digital – Pola pikir yang terlalu berusaha alias ambisius dapat berdampak pada kesehatan mental. Sikap ambisius kerap dianggap memicu kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Namun, jangan khawatir, kamu tetap bisa berambisi tanpa melupakan kedamaian batin. Dilansir dari TIME, kunci dari menjadi ambisius tanpa mengorbankan kesehatan mental yaitu menanam pola pikir bahwa ambisi bertujuan untuk menyejahterakan diri sendiri.
“Kami ingin memastikan bahwa ambisi diarahkan dengan cara yang kami pedulikan. Berjuang itu sehat jika kita melakukannya dengan cara yang tak merusak hidup kita,” kata Richard Ryan, seorang psikolog klinis.
Target ambisi mungkin memiliki dampak yang lebih kuat daripada kesehatan mental. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa orang yang termotivasi oleh ‘penanda’ kesuksesan ekstrinsik seperti kekayaan, jabatan, atau popularias, tidak terpenuhi secara psikologi oleh motif intrinsik seperti pertumbuhan pribadi, hubungan mendalam, atau pengetahuan.
Mencapai tujuan ekstrinsik barangkali secara singkat membuat puas tapi itu tidak bertahan lama. Dengan beberapa latihan dan introspeksi, kamu dapat melatih kembali ambisimu tanpa membahayakan kesehatan mental. Ini langkah-langkahnya:
Prioritaskan hubungan
Ambisi bisa menjadi bahaya ketika ‘menghabisi’ bagan penting lain dari kehidupan. Jika dorongan ambisi muncul dengan mengorbankan pemenuhan hal-hal psikologis seperti hubungan kuat dengan seseorang maupun lingkungan, itu bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
Fokus pada tugas, bukan imbalannya
Penelitian mengungkapkan bahwa seseorang akan merasa lebih puas jika berfokus pada pencapaian (menguasai tugas, mempelajari sesuatu, atau menciptakan perubahan positif) daripada hanya berjuang untuk promosi atau kenaikan gaji.
Berusaha untuk tumbuh
Alih-alih membiarkan ambisi mengatur hidup, kamu bisa mengadopsi pola pikir berkembang yang mengacu pada keyakinan bahwa kecerdasan bisa dipupuk. Lebih sehat berjuang untuk pertumbuhan dibandingkan memperoleh tujuan konkret seperti jabatan atau gaji.
Latih rasa syukur
Orang secara alami memiliki beberapa kecenderungan materialistis. Namun sebuah penelitian membeberkan menahan keinginan tersebut dapat menghasilkan keuntungan kesehatan mental — perhatian dan rasa terima kasih dapat membantu keadaan mental yang sehat. Berkaca tentang rasa syukur, hubungan, atau kematian terbukti mengurangi materialisme.
Jangan membuat semua jadi cuan
Beberapa dekade yang lalu, para peneliti menemukan bahwa melampirkan motivator ekstrinsik seperti hadiah uang tunai pada aktivitas yang dinikmati bisa menurunkan motivasi internal. Jika kepuasan mental adalah tujuanmu, lebih baik tak perlu diuangkan.