Konspirasi Covid-19 Ternyata Baru Awal
- times of india
VIVA Tekno – Jika Anda adalah salah satu orang yang memiliki kepercayaan bahwa Covid-19 adalah sebuah tipuan, maka itu akan menjadi 'pintu gerbang' untuk terlibat lebih banyak lagi teori konspirasi.
Menurut analisis baru-baru ini dari dua studi longitudinal yang melacak keyakinan peserta dalam berbagai teori, ketidakpercayaan pada keahlian atas peristiwa dunia nyata dapat dengan cepat berkembang menjadi penerimaan umum teori konspirasi yang tidak didukung oleh bukti kuat.
Istilah teknis di sini adalah ide konspirasi, mengukur kepercayaan seseorang dalam penjelasan peristiwa yang mengandalkan kekuatan kelompok untuk memanipulasi hasil ke tingkat yang tidak mungkin atau mustahil.Â
Untuk tujuan penelitian, para peneliti Ohio State University menganggap teori konspirasi sebagai keyakinan yang tidak didukung oleh bukti apa pun, mengutip dari laman Science Alert, Kamis, 10 November 2022.
Ini bisa berupa apa saja, mulai dari percaya bahwa pendaratan di Bulan dilakukan hingga berpikir bahwa pemilihan yang sah telah dicurangi.
Dalam kasus Covid-19, teori konspirasi mencakup gagasan bahwa pandemi sebagian besar dibesar-besarkan oleh pemerintah atau media, dan keyakinan bahwa virus itu dilepaskan dengan sengaja oleh lembaga tertentu untuk tujuan jahat.
"Ini spekulatif, tetapi tampaknya begitu orang mengadopsi satu kepercayaan konspirasi, itu mendorong ketidakpercayaan pada institusi secara lebih umum, bisa jadi pemerintah, sains, media, apa pun," kata psikolog Russell Fazio dari The Ohio State University.
"Begitu Anda mulai melihat peristiwa melalui lensa curiga itu, sangat mudah untuk mengadopsi teori konspirasi tambahan," jelasnya.Â
Analisis statistik menunjukkan bahwa mereka yang percaya virus SARS-CoV-2 sengaja dilepaskan atau tingkat keparahan di mana wabah dibesar-besarkan juga lebih cenderung tidak mempercayai hasil resmi pemilihan AS 2020.Â
Terlebih lagi, anggota kelompok 'conspiracy minded' juga cenderung menunjukkan peningkatan pemikiran konspirasi antara bulan Juni dan Desember.Â
Penelitian ini menunjukkan bahwa kesulitan keuangan selama pandemi mungkin menjadi salah satu pemicu pemikiran konspirasi dan ini akan menjadi sangat penting dalam membatasi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh teori-teori tersebut.Â
"Temuan ini menunjukkan bahwa kita perlu bersiap untuk setiap peristiwa skala besar tambahan yang serupa dengan Covid-19 untuk membendung gagasan konspirasi karena begitu orang masuk ke lubang kelinci, mereka mungkin terjebak," kata Granados Samayoa.Â