Santri Bisa Jadi Apa Saja, Hacker hingga Presiden
- ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
VIVA Tekno – Berdasarkan data Kementerian Agama, per April 2022 jumlah pesantren di Indonesia mencapai 26.975 unit. Seluruh pesantren itu mendidik sebanyak 2,65 juta santri. Jumlah ini jelas memiliki potensi ekonomi tersendiri, makanya pemerintah sangat mendorong pengembangan ekonomi pesantren.
Pengembangan ekonomi pesantren menjadi bagian dari strategi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia dalam mewujudkan pertumbuhan yang inklusif. Pesantren dan santri dengan berbagai potensinya mampu mengarahkan diri untuk mencapai posisi-posisi yang diinginkan dalam kehidupan.
Santri tidak terbatas hanya bisa menjadi ustaz atau penceramah saja, tapi juga profesi lain. Contohnya mencetak santri yang ahli keamanan siber atau santri cyber security. Mereka harus dipersenjatai dengan kemampuan teknologi siber yang andal agar ke depan dapat bersaing dengan bangsa lain serta tidak diperdayai.
Para santri akan dididik menjadi peretas atau hacker, tapi bukan untuk menyerang melainkan mengamankan perangkat yang mempunyai beberapa kelemahan dan mereka akan memperkuat di sisi itu.
Potensi dan sumber daya digital yang dimiliki para santri Indonesia dinilai sangat luar biasa. Meski jarang diekspos. namun para santri telah berkarya. Mereka selalu hadir, baik di dunia peretas putih atau white hacker, pembuat konten (content creator), pasar digital, hingga startup.
Bukan itu saja. Santri pun bisa menjadi pengusaha hingga orang nomor satu di Indonesia. "Santri kalau mau berdaya maka harus berusaha. Mereka bisa jadi apa saja. Mulai dari pengusaha, menteri, wakil presiden, hingga presiden,” kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Kamis, 27 Oktober 2022.
Ia juga menegaskan bahwa tugas para santri adalah mengembangkan diri, baik dengan mengaji maupun belajar dengan baik. "Santri jadi Presiden ada Gus Dur, santri jadi Wakil Presiden ada KH Ma’ruf Amin. Hari Santri berawal dari resolusi jihad," jelas Yaqut.