Polusi Plastik Makin Menggila

Pencemaran sampah plastik.
Sumber :
  • vstory

VIVA Tekno – Polusi plastik merupakan masalah global yang tetap ada meskipun pemasaran selama beberapa dekade bertujuan untuk mengalihkan tanggung jawab kepada konsumen melalui daur ulang. 

Dari Sungai hingga Laut, Dampak Polusi Plastik pada Ekosistem Perairan

Hanya 9 persen dari semua sampah plastik dunia yang pernah didaur ulang pada 2015, sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances.

Laporan Greenpeace mengungkapkan, bungkus plastik tidak sepenuhnya dapat didaur ulang kendati telah menjadi rahasia umum selama bertahun-tahun bahwa tingkat daur ulang plastik rendah, tetapi keadaan menjadi lebih buruk. Keadaan daur ulang plastik di AS sangat buruk sehingga tidak ada kemasan plastik yang dapat dianggap dapat didaur ulang.

Membangun Kota Hijau, Peran ESG dalam Perencanaan Properti

Rumah tangga di AS membuang 51 juta ton sampah plastik pada tahun 2021, kata laporan baru tersebut. Hanya 2,4 juta ton plastik yang didaur ulang, atau hanya di bawah 5 persen dibandingkan dengan 8,7 persen pada 2018 lalu.

Dengan sedikitnya limbah yang didaur ulang, tidak ada jenis kemasan plastik yang digunakan di AS yang memenuhi standar yang didukung industri untuk apa yang dianggap dapat didaur ulang, mengutip dari situs Theverge, Rabu, 26 Oktober 2022.

Indonesia dan Tantangan Emisi Karbon, Mengapa Kita Harus Peduli?

Untuk laporan ini, mereka melihat tolok ukur yang ditetapkan dalam Komitmen Global Ellen MacArthur Foundation yang berupaya mengajak organisasi di seluruh dunia untuk mengurangi sampah plastik yang menetapkan tingkat daur ulang 30 persen.

Itu jauh dari berapa banyak plastik yang sebenarnya diulang di AS bahkan ketika melihat secara khusus dua jenis plastik yang paling sering didaur ulang yang digunakan dalam botol minuman dan wadah untuk barang-barang rumah tangga biasa.

Greenpeace memperkirakan bahwa fasilitas daur ulang AS hanya memiliki kapasitas untuk memproses sekitar 20,9 persen polietilen tereftalat (PET) yang digunakan untuk mengemas minuman. Untuk high-density polyethylene (HDPE) yang biasanya dibuat menjadi botol susu, sampo, dan botol deterjen dan kapasitasnya turun menjadi hanya 10,3 persen.

Temuan ini didasarkan pada laporan tahun 2020 oleh Greenpeace yang menemukan hanya beberapa botol PET dan HDPE yang dapat secara sah diberi label "dapat didaur ulang" berdasarkan "panduan hijau" Komisi Perdagangan Federal untuk pemasaran lingkungan.

Panduan itu mengatakan perusahaan hanya boleh membuat klaim tanpa pengecualian tentang kemasan atau produk mereka yang "dapat didaur ulang" jika 60 persen konsumen mereka memiliki akses ke fasilitas daur ulang.

Pada tahun 2022, 60 persen populasi AS memiliki akses ke koleksi botol dan kendi PET dan HDPE kota untuk didaur ulang. Namun persentase itu turun menjadi 29 persen untuk polipropilen yang biasa digunakan dalam wadah yogurt, 5 persen untuk gelas plastik, dan 1 persen untuk piring plastik.

Selain itu, Greenpeace juga menganalisis sekitar 370 fasilitas pemulihan material AS untuk melakukan survei. Temuan organisasi ini didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh National Renewable Energy Laboratory yang menemukan bahwa tingkat daur ulang plastik di AS telah turun menjadi sekitar 5 persen pada 2019. Kelompok advokasi The Last Beach Cleanup and Beyond Plastics juga menemukan bahwa tingkat daur ulang tetap sekitar 5 persen pada tahun 2021.

Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq melakukan inspeksi mendadak ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Muara Fajar, Pekanbaru, Riau, Sabtu, 23 November 2024.

Sidak TPA Muara Fajar, Menteri LH Tegaskan Pemda Harus Gercep Tangani Masalah Sampah

Menteri Lingkungan Hidup melakukan inspeksi mendadak TPA Muara Fajar, Kota Pekanbaru. Dia menyoroti pengelolaan sampah yang dinilai sudah sangat darurat dan mendesak.

img_title
VIVA.co.id
24 November 2024