Ada 20 Kuadriliun Semut di Dunia
- Unsplash
VIVA Tekno – Sebuah tim ilmuwan mengklaim dalam laporan ilmiah baru yang dirilis pada hari Senin kemarin di jurnal PNAS bahwa saat ini ada 20 kuadriliun semut di dunia.
Itu berarti ada 20.000.000.000.000.000 serangga berkaki enam, mencapai 20 persen dari biomassa manusia dan melebihi biomassa semua mamalia dan burung liar jika digabungkan.
Tim peneliti memeriksa 489 makalah entomologi dari setiap benua, habitat signifikan, dan bioma di Bumi untuk menghasilkan perkiraan semua semut di dunia, menurut situs Sputniknews, Rabu, 21 September 2022.
"Kami lebih lanjut memperkirakan bahwa semut dunia secara kolektif membentuk sekitar 12 megaton karbon kering," kata Mark Wong, ahli ekologi di Fakultas Ilmu Biologi Universitas Western Australia.
Jumlah total semut, menurut penelitian, hanya lima kali lebih kecil dari total biomassa seluruh umat manusia di Bumi dan itu dikatakan hanya perkiraan konservatif.
Masing-masing dari 489 investigasi global itu cukup detail, menggunakan puluhan ratus teknik jebakan untuk menangkap semut di parit wadah plastik kecil dan menghitung jumlah semut di dedaunan yang menjadi tempat tinggal.
"Kelimpahan semut terdistribusi tidak merata di Bumi, memuncak di daerah tropis dan bervariasi enam kali lipat di antara habitat," kata makalah.
Namun lokasi pengambilan sampel tidak tersebar merata di seluruh wilayah geografis dan sebagian besar sampel diambil dari lapisan tanah, "Kami hanya memiliki sedikit informasi tentang jumlah semut di pohon atau di bawah tanah," kata Wong.
Hal ini menunjukkan bahwa kesimpulan para ilmuwan tidak cukup komprehensif. Menurut makalah tersebut, memahami distribusi dan kelimpahan spesies sangat penting untuk memahami signifikasi ekologisnya bagi populasi lain serta peran mereka dalam ekosistem.
Serangga telah lama dianggap sebagai 'hal kecil yang menguasai dunia'. Mengingat seberapa cepat lingkungan kita berubah, seharusnya ada kebutuhan mendesak untuk menghitung semut secara eksplisit.
Perubahan iklim yang diperparah oleh aktivitas manusia, mendorong kenaikan suhu global dan dengan demikian menempatkan organisme ini pada risiko kepunahan. Para ilmuwan harus memperkirakan jumlah semut serta hewan dan serangga lain yang hidup di Bumi.