Dunia Belum Siap Hadapi Letusan Gunung Berapi seperti Tambora
- volcano.si.edu
VIVA Tekno – Selain perubahan iklim, umat manusia juga tengah menghadapi ancaman lain yang juga memiliki potensi kehancuran. Salah satunya seperti tumbukan asteroid yang diduga kuat telah membunuh kerajaaan dinosaurus.
Kisah dinosaurus menyarankan manusia agar lebih waspada terhadap bahaya yang datang dari atas. Manusia dengan bijak mempersiapkan cara yang tidak bisa dilakukan dinosaurus, dengan investasi dalam pemantauan asteroid bahkan defleksi.
Namun dua peneliti di jurnal Nature menyebut kita tidak boleh membiarkan kecemasan asteroid menutupi bahaya kolosal lain yang mengintai, yaitu gunung berapi.
"Selama abad berikutnya, letusan gunung berapi skala besar ratusan kali lebih mungkin terjadi daripada dampak asteroid dan komet, jika digabungkan," tulis Michael Cassidy dan Lara Mani.
Menurutnya, meskipun mempersiapkan bencana asteroid adalah hal yang bijaksana, manusia melakukan terlalu sedikit persiapan tentang kemungkinan letusan super vulkanik.
Pemerintah dan lembaga global menghabiskan ratusan juta dolar setiap tahun untuk pertahanan planet, termasuk eksperimen baru Amerika Serikat untuk menangkis batuan luar angkasa.
Misi Double Asteroid Redirection Test (DART) dari Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) akan segera menguji kelayakan defleksi asteroid dengan mencoba menggerakkan asteroid keluar jalur.Â
Misi DART akan menelan biaya sekitar US$330 juta. Meskipun jumlahnya terbilang sangat murah untuk menyelamatkan kita dari asteroid, Cassidy dan Mani mencatat bahwa tidak ada investasi yang sebanding untuk persiapan letusan super dari gunung berapi.
"Ini perlu diubah," tulis mereka, sebagaimana dikutip dari situs Science Alert, Rabu, 7 September 2022.
Manusia telah melihat banyak letusan mengerikan di zaman modern. Letusan super terakhir dari jenis ini terjadi sekitar 22.000 tahun yang lalu, menurut Survei Geologi AS.
Letusan terjadi pada tahun 1815 di Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat yang menewaskan sekitar 100.000 orang. Abu dan asap mengurangi suhu global rata-rata sekitar 1 derajat Celcius, menyebabkan 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada tahun 1816.Â
Bencana menyebabkan kegagalan panen yang meluas, kelaparan, wabah penyakit dan kekerasan.
Pemantauan gunung berapi telah meningkat sejak 1815, seperti halnya kemampuan kita untuk menggalang dukungan global untuk bantuan bencana, tetapi belum tentu cukup untuk mengimbangi semua risiko yang kita hadapi sekarang.