Kerangka Usia 1.000 Tahun Memiliki Testis Kecil
- The Lancet
VIVA Tekno – Seorang pria yang meninggal 1.000 tahun lalu di Portugal ditemukan dengan testis yang tidak seperti biasanya karena penyakit genetik super langka.
Dikenal sebagai sindrom Klinefelter, kondisi ini memberi pria kromosom X ekstra yang sangat mempengaruhi keterampilan motorik seperti berdiri dan duduk serta perkembangan intelektual. Tapi ini hanya ditemukan pada sekitar satu dari 1.000 kelahiran genetik laki-laki.
Meskipun para arkeolog tidak mengetahui bahwa jenazah tersebut penuh dengan penyakit, tengkorak tersebut memiliki tanda-tanda seperti gigi yang lebih besar dari rata-rata dan infeksi gusi serius yang merusak jaringan lunak di mulutnya sebelum kematian.
Sindrom Klinefelter pertama kali dijelaskan pada tahun 1942. Tetapi kasus tertua telah memberikan pemahaman yang lebih baik bagaimana penyakit ini dapat berkembang sepanjang waktu dan prevalensinya sepanjang sejarah.
Penemuan tersebut, yang dipimpin oleh Australian National University (ANU), dibuat saat para arkeolog menggali pekuburan Torre Velha, di mana mereka menemukan 59 kuburan.
Kerangka dengan penyakit itu dikuburkan di makam individu berbentuk oval, tanpa penutup atau barang kuburan yang terkait, sebagaimana dilansir dari situs Daily Mail, Senin, 29 Agustus 2022.
Itu ditempatkan dalam posisi terlentang dengan tangan disilangkan di dada, merupakan orientasi khas Barat-Timur dari penguburan Kristen.
Tim memulai dengan menganalisis informasi genetik yang diperoleh dari kerangka yang ditemukan di timur laut Portugal, yang telah diberi radiokarbon pada abad ke-11 oleh para peneliti dari Universitas Coimbra di Portugal.
Kepala Antropologi Molekuler di Australian Centre for Ancient DNA, Bastien Llamas mengatakan dalam beberapa tahun terakhir DNA purba membantu menulis ulang sejarah populasi manusia di seluruh dunia.
"Studi kami menunjukkan bahwa sekarang, ini merupakan sumber yang berharga untuk penelitian biomedis dan bidang kedokteran evolusioner yang sedang berkembang," imbuhnya.
DNA diekstraksi oleh mahasiswa di Universitas Adelaide, Xavier Roca-Rada, yang mengatakan analisis genetik dilakukan untuk memetakan secara komputasi fragmen DNA yang terdegradasi dari kromosom X dan Y ke genom manusia referensi.