Marak Penipuan Nasabah Bank, Dua Ribu Korban Tiap Bulannya

Hacker.
Sumber :
  • New York Post

VIVA Tekno – Dua ribu nasabah perbankan menjadi korban kejahatan siber setiap bulan. Para pelaku penipuan kerap menggunakan modus social engineering para penjahat siber untuk menguras tabungan nasabah.

Viral! Penipuan Berkedok Video Call Pakai Wajah Baim Wong Telpon Orang Kantor Kejaksaan, Warganet: Salah Sasaran

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Komite Kerja Cyber Security Perbanas & Executive Vice President Center of Digital BCA, Wani Sabu, yang menuturkan modus operandi itu terbilang cukup populer lantaran penjahat siber terbilang repot jika harus membobol sistem keamanan perbankan.

"Dalam satu bulan ada dua ribu kasus tipu-tipu nasabah. Nasabahku menjadi korban, entah transfer ke bank lain atau ke fintech,” ujar Wani, Jumat, 26 Agustus 2022.

Rumah Tidak Dapat, Uang Ratusan Juta Milik Wanita Cantik Ini Malah Raib Digelapkan Vendor

Ia menekankan bahwa social engineering merupakan siasat penjahat siber yang mampu mempengaruhi pikiran nasabah dengan membuat kondisi emosional yang bercampur aduk.

Biasanya, kata Wina, para penjahat siber akan menelpon sasarannya dan berpura-pura berperan menjadi pemberi hadiah ataupun melaporkan hal yang sekiranya membuat calon korban khawatir.

Hati-hati Penipuan! Soimah Tegaskan Gak Pernah Bikin Giveaway

"Nasabah dalam kondisi happy maupun sedih bisa jadi mau melakukan apa yang diperintah (oleh pelaku pembobolan)," tegasnya.

Wani mengatakan para pembobol rekening nasabah juga berkemampuan mengamati perilaku atau respons dari para calon korban.

Sehingga, dalam hitungan menit calon korban pun terkelabui dan alhasil, memberikan data-data penting mereka yang sebetulnya data-data tersebut digunakan untuk mengakses rekening korban.

Pada kesempatan yang sama, SVP Head of Marketing & Channel Management Indosat Ooredoo Hutchison Linggajaya Budiman mengungkapkan sederet ancaman siber yang kerap seliweran di masyarakat.

"Itu kan memberikan kemudahan dan itu dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyerang sistem (nasabah)," ujar Linggajaya.

Ia menuturkan, para nasabah terpaksa dihadapkan dengan situasi kepercayaan dan integritas, yang dimana para penjahat siber menjelma sebagai pihak yang dianggap dipercaya agar mendapatkan kepercayaan.

Selain itu, Linggajaya juga menekankan agar jaringan yang digunakan pengguna untuk mengakses platform perbankan tersebut juga harus aman.

Tidak kalah ketinggalan, di satu sisi, bagi pihak perbankan juga penting juga untuk melakukan otomatisasi transaksi yang mencurigakan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya