Misi Bulan sebagai Batu Loncatan Menuju Mars
- Ist/RR Auction
VIVA Tekno – Era berikutnya dari eksplorasi ruang angkasa berawak akan segera tiba, di mana program Artemis dari Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) bersiap untuk mengirim manusia kembali ke Bulan untuk pertama kalinya dalam lebih dari setengah abad.
Tonggak sejarah ini pada akhirnya akan mengarahkan manusia pertama untuk menginjakkan kaki di permukaan Mars, jika semuanya berjalan sesuai rencana.
Pada 29 Agustus mendatang Space Launch System (SLS) -roket paling kuat yang pernah dibuat oleh manusia- dijadwalkan untuk diluncurkan dari Launch Pad 39B di Kennedy Space Center NASA di Florida, Amerika Serikat untuk memulai misi Artemis 1.
Muatan utama SLS ialah pesawat ruang angkasa Orion. Ini akan menjadi ujian penting untuk misi Artemis di masa depan yang akan melihat Orion membawa seorang wanita dan orang kulit berwarna ke permukaan Bulan untuk pertama kalinya.
NASA sendiri melihat Bulan sebagai 'tempat pembuktian' untuk eksplorasi manusia di Mars , seperti yang dikatakan kepala agensi saat itu, Jim Bridenstine pada 2018.
Awal tahun ini, agensi asal Amerika Serikat itu merilis tujuan Bulan ke Mars yang mengidentifikasi 50 poin utama, termasuk dalam kategori luas eksplorasi, transportasi dan tempat tinggal, infrastruktur Bulan dan Mars, operasi dan sains.
"Tujuan ini akan menggerakkan kita menuju misi analog Mars pertama kita dengan kru di luar angkasa dan mempersiapkan kita untuk misi manusia pertama ke permukaan Planet Merah," kata Administrator Asosiasi Direktorat Misi Pengembangan Sistem Eksplorasi NASA, Jim Free.
Keuntungan menggunakan satelit alami Bumi sebagai batu loncatan ke Mars adalah kedekatannya dengan Bumi. Sebuah misi berawak bisa sampai ke Bulan atau sebaliknya hanya dalam tiga hari.
Sedangkan misi langsung dari Bumi ke Mars atau sebaliknya akan memakan waktu setidaknya tujuh bulan, dengan misi pulang pergi diperkirakan berlangsung sekitar 500 hari.
Dengan mempertimbangkan konsep keberlanjutan, misi Artemis 1 juga akan membawa 10 cubesat kecil ke luar angkasa. Beberapa satelit kecil ini memiliki misi eksplisit untuk memetakan distribusi air di Bulan.
Ini termasuk mencari cadangan hidrogen yang terkunci dalam es di kawah gelap dan dingin di wilayah kutub Bulan, menurut situs Space, Kamis, 25 Agustus 2022.
Air yang ditemukan di permukaan Bulan mungkin tidak hanya digunakan untuk menopang astronot. Metode yang saat ini sedang dikembangkan adalah air bulan diubah menjadi bahan bakar roket.
Mengangkut lebih sedikit bahan bakar akan membuat misi antarplanet jauh lebih hemat biaya atau memungkinkan pesawat ruang angkasa membawa lebih banyak kargo dan instrumen ilmiah.