Gaduh Klaim Twitter Bot, Mantan Petinggi Twitter Buka Suara

Twitter
Sumber :
  • Theverge.com

VIVA Tekno – Twitter telah menyembunyikan praktik keamanan yang lalai, menyesatkan regulator federal tentang keamanannya, dan gagal memperkirakan dengan tepat jumlah bot di platformnya, menurut kesaksian dari mantan kepala keamanan Twitter sekaligus mantan peretas legendaris Peiter “Mudge" Zatko.

Belajar Bisnis dari Brand Indonesia Summit 2024, Banyak Ahli Kumpul di Sini!

Tuduhan eksplosif dapat memiliki konsekuensi besar, termasuk denda federal dan potensi terurainya tawaran CEO Tesla Elon Musk untuk membeli Twitter, mengutip dari situs The Verge, Rabu, 24 Agustus 2022.

Sebelumnya, Zatko telah dipecat oleh Twitter pada bulan Januari lalu dan mengklaim bahwa ini adalah pembalasan atas penolakannya untuk tetap diam tentang kerentanan perusahaan.

Tangani Kasus Sengketa Perusahaan Asuransi, OJK Diminta Turun Tangan

Bulan lalu, dia mengajukan keluhan ke Securities and Exchange Commission (SEC) yang menuduh Twitter menipu pemegang saham dan melanggar perjanjian yang dibuat dengan Federal Trade Commission (FTC) untuk menegakkan standar keamanan tertentu.

Dalam sebuah wawancara, Zatko mengatakan bahwa dia bergabung dengan Twitter pada tahun 2020 atas warisan CEO Jack Dorsey, tepat setelah perusahaan tersebut diretas secara besar-besaran di mana akun milik tokoh-tokoh seperti Barack Obama, Bill Gates, dan Kanye West diretas.

Perangi Cybercrime: BRI Tingkatkan Keamanan dan Terus Edukasi Nasabah

Zatko mengatakan dia bergabung dengan Twitter karena dia yakin platform itu adalah "sumber daya penting" bagi dunia tetapi menjadi kecewa dengan penolakan CEO Parag Agrawal untuk mengatasi banyak kegagalan keamanan perusahaan.

"Ini tidak akan pernah menjadi langkah pertama saya, tetapi saya yakin saya masih memenuhi kewajiban saya kepada Jack dan pengguna platform," kata Zatko.

"Saya ingin menyelesaikan pekerjaan yang Jack bawakan untuk saya, yaitu memperbaiki tempat,” tuturnya.

 Pengungkapan Zatko kepada SEC mengandung banyak laporan dan tuduhan yang memberatkan, tetapi beberapa yang paling signifikan adalah ia mengatakan bahwa, Twitter telah memberika akses yang sembarangan terhadap karyawannya untuk mengakses ke data pribadi sensitif pengguna seperti nomor telepon dan perangkat lunak internal dan bahwa akses ini tidak dipantau secara ketat.

Kemudian, ia juga mengklaim Twitter telah mengabaikan kehadiran bot, yang dimana Twitter telah berulang kali mengklaim bahwa kurang dari 5 persen pengguna aktif harian bulanannya adalah bot, akun palsu, atau spam.  Keluhan Zatko mengatakan metode Twitter untuk mengukur angka ini menyesatkan.

Selain itu, ia juga menuduh Twitter berperan sebagai agen pemerintah yang dimana, menjadikan Twitter sebagai alat utama untuk berbagi berita dan mengorganisir protes, menjadikannya target matang bagi pemerintah yang ingin menindak perbedaan pendapat. Misal, Zatko menyatakan bahwa dia yakin pemerintah India telah memaksa Twitter untuk menyewa agen pemerintah, yang kemudian memiliki “akses ke sejumlah besar data sensitif Twitter.”

Tuduhan Zatko diprediksi akan cukup berdampak signifikan pada perusahaan. FTC saat ini sedang meninjau keluhan tersebut, dan kemungkinan akan mengenakan denda yang signifikan terhadap Twitter jika tuduhan Zatko terbukti benar.

Tidak kalah ketinggalan, keluhan tersebut juga dirasa akan mempengaruhi pertarungan yang sedang berlangsung antara Musk dan Twitter. Meskipun tidak jelas apakah keluhan Zatko tersebut akan sangat mempengaruhi argumen hukum Elon Musk atau tidak, tetapi itu pasti akan memperkuat persepsi publik tentang kasusnya, yang didasarkan pada tuduhan bahwa Twitter telah meremehkan bot yang ada di platformnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya