Menkes Klaim Penggunaan Wearable Tekan Angka Kematian Jemaah Haji
- YoUtube Kemenkes
VIVA Tekno – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklaim penggunaan wearable untuk memantau jemaah dengan risiko kesehatan tinggi pada ibadah haji 2022 berhasil menekan angka kematian.
“Dengan demikian, kalau enggak salah, jadi tinggal 25 atau 30 persen yang wafat dibandingkan dengan (tahun-tahun) sebelumnya” ujar Menkes di acara YouTube Health Jakarta, Rabu, 10 Agustus 2022.
Berdasarkan data yang dilansir dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag, terdapat 88 jemaah haji yang wafat.
Hal ini menunjukkan tren penurunan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan jemaah haji yang wafat pada ibadah haji tahun 2019 lalu yang mencapai angka 473 orang.
Lebih lanjut ia menuturkan penyebab meninggalnya jemaah haji disebabkan oleh penyakit jantung dan pernapasan. Oleh karena itu, penggunaan wearable dapat mengukur denyut jantung dan pernapasan. Sehingga, bagi jemaah yang terpantau sakit dapat ditangani dengan cepat.
“Meninggalnya itu dua penyebabnya, jantung dan pernapasan. Itu sebabnya kenapa kita pasang tuh alat wearable untuk mengukur denyut jantung dan pernapasan. Sehingga kalau ada, langsung si kliniknya langsung tahu,” tuturnya.
Ia juga menyebutkan, karena wearable tersambung secara online melalui bluetooth, maka Kemenkes dapat mengetahuinya secara real-time.
“Karena ini online lewat bluetooth. Ibaratkan, pernapasan naik jadi tinggi. Kalau kita sudah tahu duluan bisa kita bisa langsung tarik yang bersangkutan dan dirawat,” papar Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Kemenkes memang membekali jamaah haji Indonesia dengan risiko kesehatan tinggi yang diklaim dengan wristband berbentuk seperti smartwatch yang terhubung dengan aplikasi TeleJemaah.
Adapun, terdapat 12 item di dalam menu TeleJemaah yang dapat diakses oleh jemaah haji, yang meliputi Input Data Kesehatan, Informasi Vaksinasi, Informasi Obat yang Dibawa, riwayat Pemeriksaan, tabel Data Kesehatan, Kontak Petugas, Informasi kesehatan, serta prakiraan cuaca.
Senada, Juru Bicara Kemenkes Muhammad Syahril mengatakan penggunaan wearable bisa membantu pemerintah dalam memantau jemaah haji.
“Jemaah haji dengan risiko tinggi itu kan dipantau dengan jam itu (wearable). Jadi, Alhamdulillah, kalau melihat pelaksanaan secara umum. Itu untuk pemantauan kesehatan terkendali, bisa terpantau,” kata dia.