Sejarah 10 Agustus sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional
- Antara
VIVA Tekno – Setiap tanggal 10 Agustus, bangsa Indonesia memperingatkan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas). Tahun ini, pemerintah berfokus pada teknologi di sektor pangan dan pertanian. Tujuan untuk membangun ketahanan pangan bangsa Republik Indonesia.
Pada awalnya peringatan hari ini yaitu penerbangan perdana pesawat terbang N-250 Gatotkaca pada tanggal 10 Agustus 1995 di Bandung. Peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.
Pesawat itu merupakan karya anak bangsa, yang menjadi bukti bahwa Indonesia telah berhasil mengembangkan jiwa Iptek yang inovatif yang kemudian menghasilkan produk inovasi nasional yang membanggakan sampai ke ranah internasional.
Hal tersebut menunjukkan pentingnya perhatian, minat, dan kesadaran terhadap pengembangan iptek dan inovasi dalam pembangunan nasional. Sejak penerbangan perdana N-250 pada 10 Agustus 1995, semangat dan kebangkitan teknologi terus dan akan terus dihidupkan pada bidang-bidang yang merupakan ranah iptek dan inovasi.
Oleh karena itu setiap tahun pada saat peringatan Hakteknas, ditetapkan tema dan sub tema yang relevan dengan masyarakat saat itu, terkait dengan Indonesia di bidang iptek serta inovasi-inovasi yang dihasilkan.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, tahun ini adalah peringatan Hakteknas ke-27. Peringatan Hakteknas kali ini mengusung tema Riset dan Inovasi untuk Kedaulatan Pangan dan Energi.
”Pemerintah menyadari dua hal itu sangat esensial dan menjadi tantangan besar. Topik pangan diangkat karena BRIN Perhatian besar, terhadap riset pangan dan pertanian,” kata Laksana Tri Handoko yang dikutip dari Antara.
Menurut dia, BRIN berupaya melakukan berbagai penelitian, untuk optimasi produktivitas pangan. Memberikan kemudahan budi daya, melalui inovasi teknologi. Lalu menciptakan varietas-varietas unggul, memberikan proteksi, serta riset dan inovasi lainnya.
BRIN sudah mengembangkan banyak materi yang berasal dari mikroba, yang utama adalah bagaimana kita bisa menjamin pasokan bibit unggul dari Genomik tidak lagi menghasilkan persilangan konvensional.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Pusat Riset Rekayasa Genetika, Ratih Asmana Ningrum, menjelaskan mengenai kegiatan riset yang dilakukan oleh BRIN yaitu riset berbasis Genom.