Perubahan Iklim bikin Penyakit jadi Makin Ganas
- life-a-big-mystery.blogspot.com
VIVA Tekno – Berbagai macam penyakit kembali hadir hari ini, mulai sari penyakit polio, cacar monyet tidak melambat, dan bahkan pandemi COVID-19 juga masih ada. Lebih buruk lagi, sekarang ada lebih banyak berita tidak terlalu baik tentang infeksi. Studi terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Nature Climate Change menunjukkan, lebih dari 200 penyakit manusia berpotensi menjadi lebih buruk karena perubahan iklim.
Para peneliti sebetulnya telah lama mengetahui bahwa perubahan iklim juga turut mempengaruhi penyakit. Misal, temperatur bumi yang menjadi lebih hangat dapat membuat daerah baru menjadi lebih ramah bagi nyamuk pembawa penyakit, sementara banjir dari badai dapat membawa bakteri dalam gelombang air mereka, seperti dikutip dari situs The Verge, Rabu, 10 Agustus 2022.
Namun, sebagian besar penelitian hanya berfokus pada segelintir ancaman atau satu penyakit yang terjadi dalam satu waktu. Sementara, studi terbaru ini diklaim berhasil membangun peta komprehensif tentang semua cara berbagai bahaya iklim dapat berinteraksi dengan 375 penyakit menular manusia yang terdokumentasi.
Adapun, para penulis yang terdiri dari 11 penulis yang berasal dari berbagai universitad di dunia ini meninjau lebih dari 77.000 artikel ilmiah tentang penyakit dan bahaya iklim tersebut dan hasilnya, mereka menemukan bahwa, dari 375 penyakit itu terdapat 218 penyakit yang dapat diperburuk oleh hal-hal seperti gelombang panas, naiknya permukaan laut, dan kebakaran hutan.
Studi ini sekaligus juga menemukan empat cara utama bagaimana perubahan iklim dapat memperburuk penyakit yang meliputi, pertama, masalah terjadi ketika perubahan menyebabkan hewan pembawa penyakit bergerak lebih dekat dengan manusia. Misalnya, habitat hewan terganggu oleh hal-hal seperti kebakaran hutan yang mendorong kelelawar dan hewan pengerat ke daerah baru seperti bermigrasi ke dekat tempat permukiman yang membuat mereka menjadi semakin dekat dengan manusia sekaligus juga meningkatkan kemungkinan mereka untuk menularkan penyakit seperti Ebola kepada manusia.
Selain itu, penelitian lainnya menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat membuat virus menjadi lebih mungkin berpindah dari hewan ke manusia, seperti yang terjadi pada virus Corona penyebab COVID-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan pada akhir 2019, di mana fenomena serupa itu juga diprediksi sebagai sesuatu yang berkontribusi pada wabah Zika pada tahun 2016 yang lalu.
Lebih buruknya lagi, orang-orang juga justru bergerak mendekati hewan penyebab penyakit selama ancaman perubahan iklim ini terjadi. Misal, penyakit seperti kolera dan demam Lassa dikaitkan dengan mobilitas manusia setelah terjadinya bencana badai dan banjir.
Ketiga, bahaya perubahan iklim juga turut mendorong patogen seperti bagaimana populasi nyamuk pembawa penyakit tumbuh di suhu yang lebih hangat, dan terakhir, perubahan iklim juga turut membuat masyarakat menjadi kurang mampu mengatasi penyakit. Misal, perubahan suhu yang besar dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia yang mungkin saja menjadi penyebab wabah flu.