Perubahan Iklim Mengganas, Hidup Beruang Kutub Tragis

Beruang kutub mengais sampah warga.
Sumber :

VIVA Tekno – Ketika perubahan iklim mengurangi es di Laut Arktik, beruang kutub (Ursus maritimus) terpaksa untuk masuk ke perkotaan dan tempat pembuangan sampah dalam jumlah yang semakin besar, menurut temuan sebuah studi baru dalam jurnal Oryx.

Muhammadiyah Turun Langsung, Ikhtiar Cegah Kerusakan Lingkungan Dengan Langkah Ini

Fenomena beruang memakan sampah manusia bukanlah sesuatu yang baru, frekuensi dan tingkat keparahan interaksi manusia-beruang di Kutub Utara terus meningkat, dengan beberapa pertemuan berakhir dengan beruang kutub ditembak dan dibunuh.

"Apa yang kami lihat adalah peningkatan intensitas (perjumpaan) dan peningkatan kejadian di tempat-tempat di mana beruang kutub biasanya tidak muncul," kata Geoff York, seorang peneliti di Polar Bears International, mengutip dari situs Livescience, Rabu, 27 Juli 2022.

Keterkaitan Iklim, Alam, Plastik, dan Pekerjaan, Bagaimana Semua Ini Berjalan Bersama

Dalam studi terbaru, para peneliti menggambarkan enam studi kasus yang menunjukkan pertemuan beruang kutub di atas rata-rata dengan komunitas Arktik di Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia.

Di setiap kota atau komunitas, jumlah penampakan beruang kutub terus meningkat selama beberapa tahun atau dekade terakhir, yang mengarah ke beberapa situasi yang tidak pasti.

Menghentikan Perubahan Iklim, Upaya Dekarbonisasi demi Lingkungan Lebih Sehat

Pada 2019, beruang kutub menyerbu tempat pembuangan sampah di dua desa Arktik wilayah Rusia. Kota Belushya Guba yang berlenduduk sekitar 2.000 melaporkan "invasi massal" dari 52 beruang kutub yang dimulai di dekat tempat pembuangan sampah terbuka kota, dengan beberapa beruang kemudian menjelajah lebih jauh ke kota dan mencoba mengakses bangunan.

Sementara itu, di desa Ryrkaypiy, 60 beruang kutub mengambil alih tempat pembuangan sampah kota selama beberapa minggu.

Lain lagi dengan yang terjadi di Arktik Kanada, dua beruang kutub ditembak dan satu dibunuh pada 2015 dan satunya lagi pada 2016 setelah menjelajah terlalu dekat dengan pemukiman manusia.

Kemungkinan perubahan iklim buatan manusia setidaknya sebagian bertanggung jawab atas peningkatan interaksi yang tidak mengenakkan antara manusia dengan beruang kutub.

Enam studi kasus tersebtu terletak di dekat pantai di mana es laut terbentuk di akhir musim gugur, yang memberi beruang kutub platform untuk berburu mangsa seperti anjing laut dan walrus.

Selanjutnya, karena suhu pemanasan mengurangi es laut yang tersedia setiap tahun, beruang mungkin terpaksa menjelajah pedalaman dan mencari sumber makanan alternatif dari kota dan tempat pembuangan sampah.

Disana, para beruang tersebut terpaksa mengais tempat sampah dan menelan semuanya, mulai dari baterai hingga popok kotor hingga wadah keramik yang dilapisi dengan makanan.

"Beruang kutub akan datang dari jarak jauh jika mereka bisa mencium bau makanan. Jika mereka dapat menemukan sumber kalori yang dapat diandalkan, mereka akan melakukan tindakan luar biasa untuk kembali,” ungkap York.

Ia juga mengatakan, salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah mengganti tempat pembuangan sampah terbuka dengan komposter atau insinerator untuk membuang sampah organik, sehingga meminimalkan peluang beruang kutub bersentuhan dengan manusia.

Namun, bahkan dengan tempat pembuangan sampah ditutup, beruang kutub kemungkinan akan terus menjelajah ke kota-kota Arktik untuk mencari makanan selama es laut berkurang. Tantangan ini hanyalah satu lagi konsekuensi tak terduga dari perubahan iklim, dan menggarisbawahi pentingnya mengambil tindakan global yang berarti.

Ilustrasi perubahan iklim.

Drama Iklim Dunia yang Belum Tuntas

Negara-negara berkembang dan rentan menuntut komitmen negara-negara maju soal pendanaan iklim dalam COP29.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024