Kelamaan di Luar Angkasa Bikin Tulang Astronot Keropos
- Innovation News Network
VIVA – Sebuah studi tentang keropos tulang pada 17 astronot yang berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang efek perjalanan ruang angkasa pada tubuh manusia dan langkah-langkah yang dapat mengurangi kekeroposan itu.
Hasil studi itu merupakan pengetahuan penting menjelang kemungkinan misi masa depan luar angkasa yang ambisius. Penelitian ini mengumpulkan data baru tentang keropos tulang pada astronot yang disebabkan oleh kondisi gravitasi mikro di ruang angkasa dan sejauh mana kepadatan mineral tulang dapat diperoleh kembali di Bumi.
Studi ini melibatkan 14 astronot pria dan 3 wanita, di mana rata-rata berusia 47 tahun, yang misinya berkisar antara empat hingga tujuh bulan di luar angkasa, dengan rata-rata sekitar 5 bulan 15 hari.
Satu tahun setelah kembali ke Bumi, para astronot rata-rata menunjukkan penurunan kepadatan mineral tulang 2,1 persen di tulang kering - salah satu tulang kaki bagian bawah - dan kekuatan tulang berkurang 1,3 persen.
Sembilan astronot tidak mengalami pemulihan kepadatan mineral tulang setelah penerbangan luar angkasa, mengalami kehilangan permanen, seperti dikutip dari situs Futurism, Senin, 4 Juli 2022.
"Kami tahu bahwa astronot mengalami keropos tulang pada penerbangan luar angkasa jangka panjang. Apa yang baru tentang penelitian ini adalah kami mengikuti astronot satu tahun setelah perjalanan ruang angkasa mereka untuk memahami apakah dan bagaimana tulang pulih," kata Ilmuwan Olahraga Leigh Gabel.
Menurutnya, astronot mengalami keropos tulang yang signifikan selama enam bulan penerbangan luar angkasa - kehilangan yang diperkirakan terjadi pada orang dewasa yang lebih tua selama dua dekade di Bumi, dan mereka hanya memulihkan sekitar setengah dari kehilangan itu setelah satu tahun kembali ke Bumi.
Keropos tulang terjadi karena tulang yang biasanya memikul beban di Bumi tidak membawa beban di luar angkasa. Badan-badan antariksa perlu meningkatkan tindakan pencegahan - praktik olahraga dan nutrisi - untuk membantu mencegah keropos tulang.
Selama penerbangan luar angkasa, struktur tulang halus menipis, dan akhirnya beberapa batang tulang terputus satu sama lain. Begitu astronot kembali ke Bumi, sambungan tulang yang tersisa dapat menebal dan menguat, tetapi tulang yang terputus di luar angkasa tidak dapat dibangun kembali.
"Jadi, keseluruhan struktur tulang astronot berubah secara permanen," jelas Gabel. Para astronot yang ditelaah itu terbang di stasiun luar angkasa sejak tujuh tahun lalu.
Studi ini tidak menyebut kewarganegaraan mereka tetapi mereka berasal dari badan penerbangan dan antariksa (NASA), Badan Antariksa Kanada, Badan Antariksa Eropa (ESA), dan Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA).
Perjalanan luar angkasa menimbulkan berbagai tantangan bagi tubuh manusia. Hal ini menjadi perhatian utama bagi badan antariksa saat mereka merencanakan eksplorasi baru. Misalnya, NASA sedang berencana mengirim astronot kembali ke Bulan, paling cepat 2025.
"Itu bisa menjadi awal dari misi astronot masa depan ke Mars atau tinggal lama di permukaan Bulan. Gravitasi mikro mempengaruhi banyak sistem tubuh, termasuk otot dan tulang," tutur Gabel.