Kominfo Terus Genjot Kinerja Literasi Digital
- Pixabay
VIVA – Era digital yang serba cepat saat ini menuntut masyarakat untuk berubah, sehingga dibutuhkan talenta digital yang mumpuni.
Perpaduan antara technical skill seperti Artificial Intelegent, big data dan cloud computing berpadu dengan soft skills seperti critical thinking, kolaborasi dan komunikasi akan menghasilkan kemampuan yang dibutuhkan di era revolusi industri 4.0.
”Peluang kecakapan digital tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal, mengingat kita memiliki potensi sumber daya manusia yang besar,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, saat membuka acara Webinar Literasi Digital ”Indonesia Makin Cakap Digital” untuk warga masyarakat Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Rabu 29 Juni 2022.
Data survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet tahun 2022 menunjukkan, lebih dari 210 juta penduduk Indonesia atau 77,02 persen dari total penduduk sudah menjadi pengguna internet. Hal itu membuat perlunya kesiapan SDM agar mampu memanfaatkan internet secara positif dan meminimalisir dampak buruknya.
”Sejak dilaksanakan pada 2017, program Gerakan Literasi Digital Nasional telah menjangkau 12,6 juta masyarakat. Pada tahun ini, Kominfo menargetkan pemberian pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta masyarakat,” tutur Menkominfo.
Johny menambahkan, kinerja literasi digital pun mulai menunjukkan peningkatan dari segi kualitas. Survei nasional menunjukkan, indeks literasi digital masyarakat Indonesia berada di tingkat 3,49, naik dari tahun sebelumnya sebesar 3,46.
Namun Menkominfo mengatakan, capaian tersebut perlu terus ditingkatkan. Kominfo akan menyasar kelompok strategis seperti perempuan, UMKM, penyandang disabilitas, petani, dan nelayan.
Senada dengan Menkominfo, Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi menyatakan, era digital yang ditandai dengan semakin cepatnya proses digitalisasi menuntut setiap manusia untuk siap bertransformasi secara digital.
”Selain manfaatnya yang besar, dunia digital (medsos) juga membawa serta hal-hal negatif seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, cyber bullying, pornografi, serta polarisasi agama,” ujar Bupati Endi.
Literasi digital diperlukan, lanjut Endi, sebagai salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat dalam bertransformasi digital sekaligus meminimalisir sifat negatif dunia digital.