Perusahaan Indonesia Ditawari Solusi Keamanan Siber, Garansi Rp14 M
- Homeland Security Today
VIVA – Pandemi COVID-19 mendorong percepatan digitalisasi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Saat ini, Indonesia memiliki 202 juta pengguna internet yang berkontribusi sekitar US$70 miliar (Rp1.009 triliun) terhadap ekonomi digital nasional pada 2021, dengan angka proyeksi mencapai US$146 miliar (Rp2.105 triliun) pada 2025.
Meskipun begitu, pertumbuhan digital yang begitu pesat ini juga terdapat sisi negatif, seperti meningkatnya ancaman siber. Laporan terbaru dari National Cyber Security Index (NCSI) menempatkan tingkat keamanan siber Indonesia pada posisi ke-6 di ASEAN, dan ke-83 dari 160 negara dalam kancah global.
Hal ini juga diperkuat oleh laporan Interpol, bahwa sepanjang 2021 terdapat 2,7 juta kasus ransomware terdeteksi menyerang negara-negara ASEAN. Sayangnya, Indonesia memimpin dengan total 1,3 juta kasus.
Selain itu, Indonesia juga menjadi negara dengan tingkat m-banking malware tertinggi di ASEAN, di mana angkanya di atas 60 persen. Sementara itu, negara-negara ASEAN lainnya hanya berkisar pada kisaran 1 sampai 10 persen saja.
Ancaman siber ini, pada umumnya, akan menyasar korporasi/perusahaan besar dan institusi pemerintahan, setidaknya dalam tiga tahun terakhir.
Salah satu alasan utamanya karena jaringan lama (legacy network) dan infrastruktur keamanan jaringan yang tidak lagi mampu mengakomodir cara bekerja orang pada zaman serba digital sekarang.
"Termasuk mencegah Highly Evasive Adaptive Threats (HEAT) yang mengakibatkan serangan ransomware," kata Regional Director Southeast Asia Menlo Security, CK Mah, di Jakarta, Senin, 6 Juni 2022.
Untuk itu, ia menyuarakan pentingnya kemajuan keamanan siber untuk memenuhi kebutuhan cara kerja modern saat ini.
Mah mengaku siap membantu bisnis melalui keamanan cloud dengan menerapkan zero-trust dan isolation core untuk memastikan infrastruktur digital perusahaan aman dari segala serangan siber.
"Kami membantu berbagai perusahaan dalam menjaga dan mencegah risiko-risiko digital melalui keamanan 100 persen dengan standard militer dan bergaransi malware US$1 juta (Rp14,4 miliar)," ungkapnya.
Menggunakan bahasa sederhana, Mah mencoba menggambarkan keamanan cloud isolation core sebagai sekat transparan yang dipasang di restoran atau taksi online pada masa pandemi COVID-19.
Sebagai jaminan, Menlo Security memberikan garansi hingga mencapai Rp14,4 miliar jika nantinya terdeteksi terdapat malware di dalamnya.
"Artinya, orang-orang masih bisa melihat data-data Anda tapi mereka tidak bisa menyentuh Anda karena ada sekat di tengahnya. Kami menghindari kerumitan dan mengoptimalkan biaya. Jadi, klien tak usah khawatir lagi tentang sistem yang berbelit-belit, penuh tambal sulam, dan peringatan-peringatan yang mendadak," papar dia.
Informasi saja, ransomware adalah malware, atau perangkat lunak (software) yang sengaja dirancang untuk merusak, yang menargetkan perangkat keras (hardware) untuk memperoleh informasi berharga pengguna, mengenkripsi, dan kemudian mengunci data-data tersebut.
Setelah itu, ransomware akan memeras korban dengan meminta sejumlah dana agar data tersebut dikembalikan. Meski begitu, tidak sedikit juga kasus yang pada akhirnya data-data penting tersebut tidak dapat dipulihkan kendati korban sudah membayarkan sejumlah uang kepada hacker atau peretas.