5 Mitos dan Fakta Pemanasan Global
- Independent
VIVA – Global warming atau Pemanasan global memang menjadi topik yang hangat dibicarakan sejak lama. Pasalnya, topik ini membahas mengenai keberlangsungan bumi tempat kita tinggal.
Karena selalu menjadi topik perbincangan, banyak pula mitos yang beredar mengenai pemanasan global. Ada yang tidak percaya dengan pemanasan global, bahkan hingga pendapat ekstrim mengenai menghilangkan manusia dari bumi.
Simak 5 mitos dan fakta pemanasan global berikut :
1. Karbon Dioksida atau CO2 Tidak Berbahaya
Saat ini beredar berita bahwa sebenarnya Karbon Dioksida atau CO2 tidak lah berbahaya dan tidak memiliki efek besar ke pemanasan global. Apalagi, pohon, tumbuhan dan hutan juga menyerap CO2.
Namun, faktanya tidak begitu. masalahnya adalah karbon dioksida yang dapat tumbuhan serap adalah jumlah terbatas dan jumlah ini semakin berkurang, dikarenakan semakin banyak hutan yang ditebang di seluruh dunia.
World Wide Fund for Nature atau WWF, sebuah organisasi non-pemerintah Internasional yang berfokushttps://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2013/09/alfred-d-ticoalu-tak-ada-penyiksaan-terhadap-6-jenderal.pdf menangani masalah konservasi dan lingkungan mengatakan bahwa CO2 itu sendiri tidak menimbulkan masalah, karena merupakan bagian dari ekosistem alami.
Namun, yang menjadikannya masalah adalah besarnya jumlah CO2 yang dihasilkan manusia "Masalahnya adalah jumlah CO2 yang dihasilkan oleh kita sebagai manusia; belum ada tingkat CO2 setinggi ini di atmosfer selama 800.000 tahun," kata WWF. Manusia menghasilkan CO2 melalui banyak "cara" namun yang paling memberikan sumbangan terbesar adalah efek rumah kaca. Belum lagi kendaraan yang semakin hari semakin banyak, serta asap pabrik dan atau pembakaran sampah.
2. Iklim Dunia Memang Berubah
Mitos kedua adalah bahwa iklim bumi memang berubah dan bukan karena pemanasan global. Faktanya memang benar bahwa iklim dan cuaca di bumi berubah selalu berubah. Bahkan iklim bumi terus mengalami perubahan, bahkan dari empat milliar tahun bumi terbentuk. .
Namun faktanya, perubahan iklim di bumi tak pernah terjadi pergantian secepat ini. Perubahan temperatur bumi selama satu dekade belakangan ini bukanlah perubahan karena alam namun karena pemanasan global.
Perubahan iklim seperti ini seharusnya terjadi dalam rentang waktu yang panjang dan dalam hitungan beberapa dekade. Menurut catatan WWF, temperatur global saat ini berada di titik tertinggi. Aktivitas manusia yang menyebabkan pemanasan temperatur global antara lain, pembakaran batu bara, pemangkasan hutan, pembakaran minyak dan gas untuk menghasilkan energi, efek rumah kaca, dan bahkan telah dimulai sejak revolusi industri tahun 1760an.
3. Ilmuwan Hanya Memanipulasi Data dan Pemanasan Global itu Tidak Ada
Mitos ketiga ini adalah hal yang salah dan sama sekali tidak benar. Karena, pemanasan global adalah benar adanya dengan data yang memang sebagaimana faktanya.
Lihat saja peningkatan suhu yang ada dan bagaimana es es di kutub semakin mencair. Memang benar, masih sangat banyak es yang ada, namun jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu, maka es yang sekarang masih ada sangatlah sedikit.
Bahkan, perubahan ini membuat peristiwa cuaca ekstrem lebih mungkin terjadi dan lebih parah. Misalnya, angin topan dan badai menjadi lebih intens, bergerak lebih lambat dan membutuhkan waktu lebih lama untuk mereda.
4. Semua Hewan dan Tumbuhan akan Beradaptasi
Memang beberapa hewan dan tumbuhan akan beradaptasi terhadap pemanasan global, sesuai dengan instingnya. Namun, sayangnya tak semua hewan dan tumbuhan bisa beradaptasi dengan baik.
WWF mengatakan tumbuhan dan hewan memiliki dua pilihan: bergerak atau beradaptasi. Beberapa spesies sudah mulai beradaptasi dengan perubahan iklim.
Namun, seperti pada poin nomor 1, yaitu mengingat kecepatan berubahnya iklim di bumi, banyak spesies yang tidak mungkin untuk beradaptasi dengan cepat untuk mengikuti perubahan lingkungan mereka.
5. Hilangkan Manusia, Bumi Selamat
Ada beberapa tanggapan bahwa untuk menyelamatkan bumi, sebaiknya manusia dihilangkan, jadi hanya hewan dan tumbuhan yang ada. Memang sedikit ekstrim namun banyak yang mengiyakan pendapat ini.
Namun WWF mengatakan, bahwa itu adalah hal yang salah, karena teknologi dan sistem yang dibutuhkan untuk beralih ke energi "terbarukan 100 persen" pada tahun 2045 dan menggunakan sumber daya planet secara berkelanjutan sudah tersedia.
"Apa yang sekarang dibutuhkan adalah para pemimpin politik dan bisnis untuk mengambil tindakan berani dan tegas untuk menggunakan solusi ini untuk mengatasi krisis iklim dan memulihkan alam," kata WWF.