Jangan Percaya dengan Penyedia Jasa Nyadap WhatsApp

WhatsApp.
Sumber :
  • Unsplash

VIVA – Pakar keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya mengimbau masyarakat untuk mewaspadai tindakan pemerasan yang dilakukan oleh penyedia jasa menyadap WhatsApp.

"Jika ada yang mengatakan bisa menyadap WhatsApp, aplikasi Signal atau Instagram yang sudah dienkripsi (pengonversian informasi menjadi kode rahasia sehingga mengaburkan data yang dikirim, diterima, atau disimpan), maka Anda perlu langsung curiga dan jangan percaya," kata dia, Jumat, 13 Mei 2022.

Ia melanjutkan, keinginan tersebut dimanfaatkan oleh penipu untuk mendapatkan keuntungan finansial. Alih-alih berhasil menyadap WhatsApp, lanjut dia, penyedia jasa justru melakukan aksi pemerasan, yakni jika korban tidak membayarkan sejumlah uang yang diklaim untuk menyadap, aksi penyadapan tersebut akan dilaporkan kepada pemilik nomor yang akan disadap.

Transkrip Pesan Suara Bisa dari WhatsApp

Signal.

Photo :
  • The Indian Express
Foto Mirip 'Ciuman' Dewi Perssik-Armand Maulana yang Sebabkan Perseteruan dengan Dewi Gita

Menurut Alfons, WhatsApp telah menerapkan sistem "enkripsi ujung ke ujung/end to end encryption" yang unik untuk setiap percakapan demi menjaga privasi pengguna sehingga mustahil bagi orang awam untuk memecah enkripsi tersebut.

"WhatsApp menerapkan 'enkripsi ujung ke ujung' yang unik untuk setiap percakapan di mana yang memiliki kunci membuka percakapan yang dienkripsi hanyalah perangkat pengguna WhatsApp bersangkutan," jelas Alfons.

Trafik antarpengguna WhatsApp bisa disadap dengan mudah, namun karena dienkripsi dengan kunci khusus tadi, hasil sadapan itu tidak akan bisa dibaca. Bahkan, lanjut dia, untuk memecahkan enkripsi WhatsApp, diperlukan aplikasi setara dengan aplikasi Pegasus seharga sekitar US$500 ribu atau Rp7 miliar.

"Aplikasi tersebut hanya bisa digunakan oleh badan intelijen dan pemerintahan," ucapnya. Lebih lanjut, Alfons memberikan contoh kasus pemerasan dari penyedia jasa penyadapan WhatsApp yang ditemukan oleh Vaksincom.

Twitter

Photo :
  • pixabay

"Ada aksi dari salah satu pemeras yang mencari korban melalui akun Twitter @jasasadapchat. Ia memanfaatkan keluguan korbannya untuk mendapatkan keuntungan finansial," papar dia.

Pemeras atau penipu itu, kata Alfons, mengiklankan dia mampu menyadap sejumlah aplikasi, seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, dan Twitter dengan kemampuan super dan terpercaya, seperti tanpa menyentuh ponsel pintar milik target, tanpa diketahui oleh target, bahkan privasi dari pengguna jasanya akan aman dan terpercaya.

"Jika korbannya terpancing dan menghubungi nomor yang diiklankan, segala macam bualan dikeluarkan asalkan korbannya percaya," imbuh Alfons. Sejauh ini, menurutnya, korban penipuan dan pemerasan dari akun Twitter @jasasadapchat cukup banyak dengan kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta Rupiah.

"Meskipun akun Twitter @jasasadapchat sudah dilaporkan dan diblokir oleh Twitter, rekening yang digunakan untuk menipu serta memeras korban menurut pantauan Vaksincom masih aktif dan belum ditutup," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya