Cara Lihat Penampakan Gerhana Bulan Total di Nisfu Syawal
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Gerhana Bulan Total atau Gerhana Bulan Kembang akan terjadi pada pertengahan pekan ini. Tepatnya pada 15-16 Mei 2022. Namun sayang, Indonesia tidak kebagian fenomena alam ini karena Bulan sudah di bawah ufuk.
Gerhana Bulan kali ini hanya dapat disaksikan di Benua Amerika, Eropa, Afrika, Timur Tengah (kecuali Iran bagian Timur), Selandia Baru dan sebagian besar Oseania.
Fenomena alam tersebut juga bertepatan dengan Hari Raya Waisak 2566 Buddhist Era (BE) yang mana detik-detik Waisak terjadi saat purnama astronomis nisfu (pertengahan) Syawal 1443 Hijriah, yakni pada pukul 11.14.10 WIB/12.14.10 WITA/13.14.10 WIT.
Gerhana Bulan aman untuk ditonton dengan mata telanjang, teropong maupun teleskop. Tidak seperti Gerhana Matahari, fenomena yang akan datang ini akan berlangsung selama beberapa jam sehingga masyarakat punya banyak waktu untuk menikmati pertunjukan.
Karena tidak bisa dilihat di Indonesia, maka peristiwa alam ini bisa disaksikan secara virtual. NASA Science Live mengadakan siaran YouTube yang dimulai pada 15 Mei pukul 21.32 EDT atau 16 Mei pukul 08.32 WIB.
Siaran YouTube lainnya tersedia di saluran webcaster astronomi Slooh pukul 21.30 EDT atau 16 Mei pukul 08.30 WIB dan TimeandDate.com yang mulai setengah jam kemudian.
Slooh akan menyiarkan fase totalitas, sementara TimeandDate.com berencana untuk menampilkan seluruh gerhana jika cuaca memungkinkan, menurut laman Live Science, Rabu, 11 Mei 2022.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Gerhana Bulan Total atau Gerhana Bulan Kembang adalah fenomena astronomis ketika Bulan, Bumi, dan Matahari berada pada satu garis lurus dan Bulan masuk seluruhnya ke dalam bayangan inti/umbra Bumi.
Hal ini menyebabkan sinar Matahari tidak dapat dipantulkan ke permukaan Bulan. Fenomena ini cenderung berwarna kemerahan yang disebabkan oleh pembiasan Rayleigh, yakni pembiasan sinar Matahari secara selektif oleh atmosfer Bumi.
Gerhana Bulan Total dapat berwarna jingga kemerahan yang disebabkan oleh debu dan kualitas udara yang buruk pada lokasi pengamatan.
Sementara itu warna merah kusam hingga kecoklatan akan didapatkan jika kualitas udara di lokasi pengamatan bersih dari debu.