Rusia Kerahkan 'Pasukan Siluman' Jaga Laut Hitam
- Pixabay
VIVA – Rusia mengerahkan pasukan siluman untuk menjaga dan melindungi Pangkalan Angkatan Laut Black Sea (Laut Hitam) di Krimea dari serangan bawah air. Pasukan siluman yang dimaksud adalah hewan mamalia terlatih lumba-lumba.
Gambar-gambar yang diambil oleh perusahaan satelit Amerika Serikat (AS), Maxar, yang dianalisa oleh Institut Angkatan Laut AS menunjukkan bahwa dua kandang lumba-lumba ditempatkan di pintu masuk Pelabuhan Sevastopol sekitar Februari tahun ini saat invasi Rusia ke Ukraina dimulai.
Pelabuhan yang terletak di ujung selatan Krimea adalah pelabuhan utama dan vital bagi militer Rusia. Kapal-kapal Rusia yang berlabuh aman dari jangkauan rudal Ukraina, tapi kemungkinan masih bisa diserang di bawah air.
Oleh sebab itu, mereka menempatkan lumba-lumba hidung botol terlatih (Tursiops truncatus) untuk pertahanan militer, seperti dikutip dari laman Live Science, Senin, 9 Mei 2022. Rusia diketahui telah melatih dan mengerahkan hewan laut untuk tujuan militer sejak 1960-an.
Sepanjang Perang Dingin, baik AS maupun Uni Soviet mengembangkan program mamalia laut di mana negeri Paman Sam itu menggunakan lumba-lumba dan singa laut California, sementara Uni Soviet mengerahkan lumba-lumba di perairan hangat dan Paus beluga serta anjing laut di wilayah Arktik.
Angkatan Laut Uni Soviet menggunakan Sevastopol sebagai pangkalan untuk melatih dan mengirim lumba-lumba dalam operasi selama Perang Dingin, tetapi unit mamalia laut itu berada di bawah kendali Ukraina dan tidak digunakan lagi setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, ketika Krimea menjadi bagian dari Ukraina.
Menyusul aneksasi Krimea oleh Rusia pada 2014, unit lumba-lumba jatuh ke tangan Rusia. Ukraina menuntut pengembalian hewan-hewan itu, namun permintaan itu ditolak oleh Rusia.
Lumba-lumba dapat berkomunikasi melalui peluit bernada tinggi, dan mereka juga dapat merasakan objek juga menentukan jarak melalui ekolokasi.
Lumba-lumba yang terlatih secara khusus menggunakan sonar alami dapat mendeteksi dan mengalihkan perhatiannya ke ranjau laut. Rusia juga mengklaim menemukan cara baru untuk memanfaatkan kemampuan pendeteksian lumba-lumba.
Program mamalia laut militer Angkatan Laut AS menghabiskan sekitar US$75 juta (Rp1,1 triliun) untuk pemeliharaan lumba-lumba militer antara 2012 hingga 2019. Namun tidak diketahui secara publik berapa banyak yang dihabiskan Rusia untuk program mamalia laut.