Studi: Konsumsi Magic Mushroom Otak Jadi Lancar

Magic mushroom.
Sumber :
  • Medical News Today

VIVA – Sebuah penelitian yang dirilis Jurnal Nature Medicine baru-baru ini mengungkapkan bahwa jamur psilocybin atau "magic mushroom" tampaknya membuat otak lebih saling berhubungan.

Benarkah Ikan Bisa Atasi Depresi Ibu Hamil? Begini Kata Ahli Gizi

Penelitian memberikan petunjuk mengapa psilocybin, senyawa bakal obat psikedelik, telah menunjukkan efek antidepresan di masa lalu.

Psilocybin adalah zat alami yang terdapat di lebih dari 200 spesies jamur, sebagian besar dari genus Psilocybe. Zat ini dapat menyebabkan perubahan persepsi, halusinasi, dan euforia dengan efek yang berlangsung hingga enam jam.

10 Tips Ampuh Cegah Mengantuk di Siang Hari agar Kerja Lebih Produktif

Bentuk magic mushroom memang tampak serupa seperti jamur kebanyakan, tetapi sejatinya masih dapat dibedakan. Jika jamur dikonsumsi dalam jumlah sedang menyebabkan keracunan bagi yang mengonsumsinya.

Mengonsumsi magic mushroom juga dapat menyebabkan serangan panik. Namun, tampaknya magic mushroom tidak menyebabkan kecanduan.

Hasil Tes Urine Pria yang Adang Transjakarta di Jakpus Negatif, Diduga Depresi Berat

Lebih lanjut, ada bukti yang berkembang untuk efek antidepresan positif dari terapi psilocybin. Biasanya, antidepresan umum bekerja secara perlahan, tetapi zat psilocybin bekerja lebih cepat dan lebih tahan lama setelah hanya mengonsumsi beberapa dosis.

Otak yang lebih saling berhubungan

Penelitian ini dilakukan oleh kelompok yang dipimpin oleh psikolog dan ahli saraf asal Inggris, Robin Carhart-Harris.

"Pengalaman dengan salah satu obat ini dapat menjadi salah satu yang paling mendalam dari seluruh hidup Anda," kata Carhart-Harris, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Kamis, 14 April 2022.

Penelitian menganalisis pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) pasien yang mengalami depresi dari dua uji klinis independen sebelumnya menggunakan terapi psilocybin.

Sederhananya, fMRI adalah pemindaian otak di mana daerah aktif otak dapat divisualisasikan di layar komputer.

Selanjutnya ditemukan bahwa pada pasien yang menjalani pengobatan psilocybin untuk depresi, daerah otak tampak lebih saling berhubungan daripada sebelum pengobatan.

Ini berarti bahwa bagian-bagian otak yang sebelumnya menunjukkan konektivitas yang terbatas di dalam wilayah yang terisolasi menjadi lebih terhubung dengan wilayah lain.

Salah satu cara untuk memahami penelitian ini adalah dengan menganalogikan otak sebagai kota besar dan koneksi sebagai lalu lintas.

Pada orang yang depresi, beberapa wilayah atau jaringan otak tampaknya memiliki terlalu banyak koneksi yang terisolasi, seperti lalu lintas yang terakumulasi secara berlebihan di lingkungan individu.

Ini berarti lalu lintas tidak mengalir antar lingkungan, tetapi tetap di satu area kecil, seolah-olah tidak ada jalan yang menghubungkan mereka ke bagian lain kota.

Para peneliti mengatakan bahwa setelah mengonsumsi psilocybin, "lalu lintas kota" di otak pasien itu mulai mengalir dan tersebar.

"Hubungan fungsional yang meningkat dapat berhubungan dengan peningkatan fleksibilitas dan relaksasi subjektif yang dijelaskan," kata Matthias Liechti, Profesor Farmakologi Klinis di University Hospital Basel, di Swiss.
Meskipun masih belum sepenuhnya dipahami bagaimana psilocybin bekerja, penelitian ini penting karena membantu menjelaskan mengapa magic mushroom dapat bermanfaat bagi pasien yang mengalami depresi.

Penlitian Carhart-Harris ini juga menunjukkan gagasan populer bahwa magic mushroom "memperbaiki otak Anda" kemungkinan dapat menjadi benar dan bahwa efek antidepresan psilocybin berasal dari "peningkatan global dalam integrasi jaringan otak."

Efek positif dari psilocybin dan obat psikedelik lainnya seperti LSD dan Ayahuasca tidak terbatas pada depresi. Mereka juga telah menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk mengobati kecemasan, gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan penyalahgunaan zat seperti nikotin, dan alkohol.

Sementara di Jerman, percobaan fase dua yang sedang berlangsung dalam studi EPIsoDE, yang melibatkan 144 pasien dengan depresi berat yang resisten terhadap pengobatan sedang mempelajari efek psilocybin dibandingkan dengan plasebo.

Meskipun bukti saat ini masih terbatas pada uji klinis kecil, hasil untuk manfaat, keamanan, dan kemanjuran psilocybin dalam pengobatan depresi dan gangguan mental lainnya dilaporkan sangat berpotensi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya