Inklusi Sosial Dianggap Identik dengan Indonesia
- Eurodiaconia
VIVA – Inklusi sosial dianggap menjadi kunci dalam memanfaatkan keberagaman untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Sebab, Indonesia merupakan negara yang sangat mengedepankan keberagaman, lantaran memiliki beragam suku dan kebudayaan.
Modal inilah yang membuat masyarakat Indonesia sejatinya tidak asing dengan inklusi sosial. Bahkan, Kepala Eksekutif Citi Indonesia Batara Sianturi menyebutnya sebagai sesuatu yang sangat identik dengan Indonesia.
"Salah satu poin inklusivitas di tempat kerja adalah peran perempuan dan penerapan prinsip kesetaraan gender, yang pada akhirnya akan menuntun pada penerapan konsep meritokrasi," kata dia, Sabtu, 9 April 2022.
Meritokrasi berasal dari kata merit atau manfaat, yang pertama kali ditulis Michael Young dalam bukunya, Rise of the Meritocracy (1958).
Dalam definisi praktis dalam dunia kerja, meritokrasi adalah proses promosi dan rekrutmen karyawan berdasarkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas, bukan berdasarkan koneksinya dalam perusahaan.
Semua dinilai berdasarkan kinerja dan prestasi karyawan tersebut. Dengan kata lain, meritokrasi merupakan sistem yang menekankan kepada kemampuan seseorang menduduki posisi atau jabatan tertentu, tanpa memandang latar belakang etnik, koneksi, atau status sosial mereka.
Data Bank Dunia 2021 menunjukkan sekitar 54 persen perempuan usia produktif di Indonesia memilih untuk bekerja.
"Melihat angka partisipasi perempuan dalam perekonomian Indonesia, kami memiliki keyakinan akan pentingnya peran perempuan dan kesetaraan gender dalam menjalankan bisnis," tutur Batara.
Ia juga menegaskan komitmen Citi Indonesia terhadap kesetaraan gender ini tercermin dari komposisi pegawai perusahaan. Hingga kini, 56 persen karyawan Citi Indonesia adalah perempuan yang tersebar di seluruh level dan peran.
Senada, Co-Chairwoman Citi Indonesia Women’s Network Maryam Umar mengatakan kepemimpinan Citi, baik secara global maupun di Tanah Air, telah merefleksikan kesetaraan gender.
Bahkan, Kepala Eksekutif Citigroup Jane Fraser merupakan pemimpin perempuan pertama untuk bank-bank besar di Wall Street.
"Empat dari tujuh dewan direksi Citi Indonesia adalah perempuan. Ini bukan hal yang umum untuk melihat direksi yang didominasi perempuan, khususnya di industri keuangan. Kami juga menjalankan program mentorship and leadership development untuk mendukung kesetaraan gender di lingkungan kerja," jelas dia.
Namun, masih terdapat kesenjangan gender yang tinggi. Berdasarkan data UNDPP, misalnya, menunjukkan Indonesia memiliki skor indeks ketimpangan gender atau gender inequality index (GII) sebesar 0,480 pada 2019.
Skor GII ini menempatkan Indonesia di peringkat 121 dari 189 negara. Indeks pembangunan gender (IPG) Indonesia periode 2010-2021 juga cenderung flat. IPG Indonesia hanya naik tipis dari 89,42 pada 2010 menjadi 91,27 di 2021.