Peneliti Daur Ulang Kotoran Manusia Jadi Bioplastik
- Bioplastics News
VIVA – Peneliti asal Swedia melakukan daur ulang terhadap kotoran manusia menjadi bioplastik. Meski mendapat penolakan dari masyarakat, kotoran yang sudah terurai ini jauh lebih tidak berbahaya bagi lingkungan dan terurai dalam beberapa bulan saat dibuang.
Para peneliti dari Royal Swedish Institute of Technology (KTH) telah menemukan penggunaan yang cerdas untuk air limbah. Bakteri yang ditemukan dalam air limbah menyimpan energi dalam bentuk bahan kimia yang dapat diekstraksi untuk produksi bioplastik yang lebih efisien.
"Kebanyakan orang menganggap air limbah sebagai sesuatu yang bau dan buruk, tetapi kami menggunakannya untuk membuat bahan yang dapat digunakan," ujar Kasra Khatami Mashhadi dari KTH. Air limbah selanjutnya dimurnikan dan lumpur yang tersisa dapat digunakan untuk membuat produk baru.
Selain itu, bakteri dalam kotoran juga memiliki sifat unik yang dapat dimanfaatkan. Mashhadi mengatakan kita bisa memanfaatkan air limbah dari rumah tangga dan industri untuk memproduksi bioplastik dengan bantuan bakteri.
Plastik digunakan dalam variasi yang tidak ada habisnya, dan sifat-sifatnya dapat disesuaikan dengan produk tertentu. Namun, hampir semua plastik terbuat dari minyak yang merupakan sumber daya terbatas.
Bila dibuang dan berakhir di alam, plastik butuh waktu lama untuk terurai dan mikroplastik yang terbentuk bisa berbahaya bagi lingkungan. Sebaliknya, bioplastik yang terbuat dari bahan organik yang dibuat dari produk sisa seperti air limbah atau sisa makanan, hanya sedikit berbahaya bagi alam.
"Dibutuhkan lebih dari 300 tahun untuk plastik biasa terurai. Tapi bioplastik terurai di lingkungan dalam dua bulan dan tidak membahayakan lingkungan," kata Kasra, seperti dikutip dari laman Sputniknews, Senin, 4 April 2022.
Dengan menggunakan produk lumpur, sumber daya tambahan dapat dihemat dan bioplastik dapat digunakan untuk memproduksi segala sesuatu, mulai dari kemasan hingga bahan medis.
"Daripada membuang lumpur, kami mendaur ulang dan mencoba untuk mendapatkan sebanyak mungkin dari itu. Bahannya murah dan tersedia dalam jumlah besar di seluruh dunia," paparnya.