Biografi Firaun Terakhir yang Mati Bunuh Diri

Cleopatra.
Sumber :
  • Unsplash

VIVA – Cleopatra VII atau hanya disebut 'Cleopatra' adalah firaun terakhir dari serangkaian penguasa Mesir kuno selama hampir 300 tahun.

Wujudkan Impian Sejak Belia, Oki Setiana Dewi Ungkap Alasannya Pindah ke Mesir

Cleopatra memerintah sebuah kerajaan yang mencakup Mesir, Siprus, bagian dari Libya modern dan wilayah lain di Timur Tengah.

Penggambaran Cleopatra VII modern cenderung menunjukkan dirinya sebagai wanita dengan kecantikan fisik yang luar biasa dan keterampilan.

Syafruddin Kambo Kunjungi Al Azhar Mesir, Bahas Kerja Sama Perdamaian Dunia

Catatan-catatan ini menggambarkan Cleopatra sebagai firaun perempuan yang cerdas, multibahasa, yang menegaskan haknya untuk memerintah Mesir dan wilayah lainnya.

"Kecantikannya sendiri, seperti yang mereka katakan, sama sekali tidak ada bandingannya. Dia juga menawan akan penampilannya bersama dengan persuasifnya dalam diskusi. Karakter yang menyertainya sangat merangsang," tulis Plutarch, seorang filsuf yang hidup pada 46-120 Masehi.

Difasilitasi Mesir, Hamas dan Fatah Berembuk untuk Persatuan Palestina di Kairo

Sementara itu menurut profesor sejarah di University of California Berkeley, Erich Gruen dalam artikel di buku 'Cleopatra: A Sphinx Revisited', Cleopatra bukan sekadar pemangsa seksual dan tentu saja bukan mainan Caesar.

Cleopatra yang lahir pada 69 SM (Sebelum Masehi) adalah Putri dari Ptolemy XII yang memerintah 80-58 SM.

Meskipun mereka telah memerintah Mesir selama hampir tiga abad, kerajaan dikalahkan oleh kekuatan Roma dan ada banyak perselisihan internal yang menyebabkan Cleopatra berperang melawan saudaranya sendiri.

Pada 55 SM, Ptolemy XII diangkat kembali ke atas takhta dan mengambil putrinya yang berusia 17 tahun, Cleopatra VII sebagai wakil penguasanya.

Setelah raja meninggal pada 51 SM, surat wasiatnya mengatakan bahwa Cleopatra harus berbagi takhta dengan saudara laki-lakinya, Ptolemy XIII.

Ptolemy XIII dan para penasihatnya menolak untuk mengakui amanat tersebut dan pertempuran pecah di antara mereka di mana Cleopatra terpaksa melarikan diri dari istana kerajaan. Julius Caesar membantu Cleopatra mendapatkan kembali tahtanya.

Caesar 30 tahun lebih tua dari Cleopatra dan kedatangannya di Mesir adalah sesuatu yang kebetulan. Ia telah berperang dalam perang saudara melawan Jenderal Romawi Pompey, menurut laman Live Science, Selasa, 29 Maret 2022.

Caesar telah menyelamatkan Cleopatra dan mengembalikannya ke kekuasaan. Keduanya menjadi akrab dan memiliki seorang putra yang dikenal sebagai Caesarion. Sementara itu, Ptolemy XIII meninggal dunia dalam pemberontakan pada 47 SM.

Julius Caesar dibunuh pada 44 SM. Kemudian, Cleopatra menjalin ikatan erat dengan Anthony yang saat itu berusia 40-an tahun.

Mereka memiliki tiga anak, termasuk si kembar Alexander Helios dan Cleopatra Selene, serta anak ketiga Ptolemy Philadelphus.

Saat suaminya berperang dengan Octavianus, dirinya mendengar bahwa Cleopatra telah bunuh diri. Ia juga mengaku tidak sedih kehilangan istrinya karena mereka akan berada di tempat yang sama.

Tapi upaya bunuh diri Antony gagal, dan dalam keadaan terluka dirinya dibawa ke jasad Cleopatra.

Sejarawan kuno Suetonius dan Plutarch mengklaim Antony dan Cleopatra dikuburkan bersama di dalam sebuah makam. Plutarch menulis bahwa Octavianus memberi perintah tubuh Cleopatra harus dikuburkan bersama Antony dengan cara yang indah dan agung.

Makam dan mayat pasangan itu tidak pernah ditemukan dan sumber mengatakan bahwa apa pun yang tersisa dari mereka kemungkinan berada di bawah air atau di bawah struktur modern di Alexandria.

Sementara laporan media menjelaskan klaim bahwa makam itu mungkin berada di situs Taposiris Magna yang terletak 50 km sebelah barat Alexandria.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya