Mendengar Suara Tuhan Usai Minum Antibiotik

Ilustrasi halusinasi.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Persepsi pria ini tentang dunia berubah setelah mengkonsumsi antibiotik untuk mengobati pneumonia bakteri. Dalam dua hari, pria berusia 50 tahun itu mengalami perubahan suasana hati menjadi mudah tersinggung dan mulai berbicara dengan tidak jelas.

Diperlakukan Buruk Eks Suami, Celine Evangelista: Tidak Haus Validasi, Biar Tuhan yang Membalas

Perilaku seperti itu disebut gejala mania, yakni suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat energi tinggi yang tidak normal serta pikiran dan perilaku yang tidak menentu.

Setelah diperiksa ke unit psikiater darurat di Jenewa, Swiss, pria tersebut mengaku setelah mengkonsumsi dosis antibiotik pertama, ia merasa seperti sekarat.

Sempet Dipenjarakan kartika Putri, Richard Lee: Hina Banget Aku!

Tidak hanya itu. Ia mulai mengalami halusinasi pendengaran bahwa Tuhan sedang berbicara kepadanya, dan mengatakan kalau dirinya sudah dipilih untuk misi khusus. Gejala-gejala ini bisa menjadi indikasi psikosis.

Dokter lalu mendiagnosa pria itu dengan antibiomania, efek samping langka dari pengobatan antibiotik, menurut laporan yang diterbitkan Jurnal BMC Psychiatry pada Agustus 2021.

Anak Demam Jangan Sembarangan Kasih Antibiotik, Begini Penjelasan Ahli

Istilah antibiomania diciptakan dalam sebuah ulasan pada 2002 yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Psychopharmacology, yang mana meneliti studi kasus melibatkan responden yang mania terkait antibiotik.

Menurut Pascal Sienaert, seorang psikolog dari Catholic University of Leuven, Belgia, garis waktu asupan antibiotik pria tersebut dan gejala mania berikutnya sesuai dengan kasus antibiomania yang dilaporkan.

Sienaert juga menemukan bahwa klaritromisin, salah satu antibiotik yang diresepkan dokter untuk pria dalam laporan kasus ini, merupakan salah satu antibiotik yang paling sering terlibat dalam kasus antibiomania bersama dengan antibiotik kuinolon ciprofloxacin dan ofloxacin.

Para peneliti juga mencatat bahwa antipsikotik digunakan untuk mengobati beberapa kasus.

"Antimania digunakan dalam sebagian besar kasus. Tapi, sekali lagi, itu tidak berarti bahwa gejala mania tidak akan membaik," ungkap dia, seperti dikutip dari laman Live Science, Selasa, 8 Februari 2022.

Karena ini adalah praktik umum, maka jika melihat gejala mania muncul bisa menggunakan antimania sesegera mungkin.

Sementara itu pria asal Jenewa yang berhalusinasi itu akhirnya tidak membutuhkan antipsikotik karena dokter meresepkannya lorazepam, obat yang digunakan untuk mengurangi kecemasan dan kejang.

Kasus pria tersebut menggambarkan bahwa berbagai jenis antibiotik dapat memicu antibiomania. Awalnya, gejala mania pria itu muncul setelah dirinya mengonsumsi antibiotik asam amoksisilin-klavulanat.

Begitu berhenti mengkonsumsi antibiotik, gejala mania pun berhenti. Namun, saat mulai menggunakan antibiotik lain yang disebut klaritromisin untuk mengobati pneumonia, gejala manianya muncul kembali.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya