Berhala Mata Satu 'Kuasai' Kota Kuno Petra
- Pixabay
VIVA – Petra pernah menjadi jantung Timur Tengah yang awalnya didirikan sebagai pos perdagangan oleh penduduk asli Nabatean. Populasi di sana kemudian meledak sehingga menarik orang-orang dari seluruh wilayah untuk mendirikan toko. Bangsa Nabatean kemudian menjadi kaya.
Kota kuno yang berlokasi di Yordania itu banjir uang yang membuat negara-negara tetangga menjadi iri dan bergerak untuk menyerbu. Bangsa Yunani termasuk yang mencobanya dan kemudian gagal. Tetapi, ketika bangsa Romawi datang pada 106 Masehi mereka berhasil menyerbu tembok kota.
Bangsa Romawi akhirnya memerintah Petra selama 250 tahun sebelum gempa Bumi mengguncang kota dan menghancurkan hampir semua yang ada di sana. Kepemimpinan mereka kemudian jatuh, menurut laman Express, Kamis, 3 Februari 2022.
Petra tidak pernah benar-benar kembali ke kemegahannya. Kota itu menjadi tanah yang berdebu, terlupakan dan tandus, dengan para gembala menggunakan struktur misterius yang diukir di dinding untuk berlindung.
Para arkeolog kemudian melakukan perjalanan untuk melihat seberapa maju peradaban yang pernah menjadi tempat tinggal Petra. Di antara penemuan-penemuan yang telah ditemukan termasuk batu berhala mata satu hingga potret dewa sebelum agama utama muncul.
Batu berhala mata satu tersebut mengartikan bahwa bangsa Nabatean menyembah tiga dewi wanita, yaitu Allat (Dewi), Al-Uzza (Yang Maha Kuasa), dan Manat (Dewi Takdir). Mereka pun memuliakannya di kuil-kuil besar.
Glen Corbett dari American Center for Oriental Research di Yordania mengatakan jika bangsa Nabatean yang tinggal di Petra tampaknya secara khusus memuja Dewi Al-Uzza, yang disebut-sebut Yang Paling Perkasa.
Di tengah Petra juga berdiri Temple of the Winged Lions, yang dinamai berdasarkan ukiran singa bersayap yang pernah menghiasi tiang-tiangnya. Narator menjelaskan bahwa di sinilah para arkeolog menemukan salah satu berhala.
"Sebuah patung berhala mata satu yang unik ditemukan di sini. Diukir dengan hiasan. Itu adalah gambar dewi yang mencolok. Karena ditemukan di tengah reruntuhan candi jadi kami percaya bahwa itu didedikasikan untuk Dewi Al-Uzza," kata Corbett.
Segala sesuatu tentang kuil menunjukkan bahwa itu adalah tempat ritual misterius dengan pemujaan di sekitar Dewi Al-Uzza. Ritual akan melibatkan pembakaran dupa dan nyanyian.
"Dengan cara yang sangat dramatis, saat menarik tirai, lalu tiba-tiba Anda berhadapan dengan gambar visual Dewi Al-Uzza yang duduk di atas podium pemujaan. Status besar Al-Uzza menunjukkan bahwa para wanita Nabatean juga penting di dalam komunitas masyarakat ini," jelas Corbett.