Cerita Kazakhstan Jadi Negara Penambang Kripto Terbesar Kedua Dunia
- Dok. Istimewa
- Bank Dunia tolak negara pertama yang berencana resmi pakai Bitcoin
- El Salvador resmi mulai pakai Bitcoin, warganya `harap-harap cemas`
- Bisakah mendirikan `negara baru` dengan menggunakan Bitcoin?
Harga Bitcoin sendiri naik dan turun secara dramatis. Pada Maret 2020, satu Bitcoin berharga sekitar US$5.000 (sekitar Rp71 juta) dan naik menjadi US$65.000 (setara dengan Rp935 juta) dalam setahun.
Sejak itu, harganya merosot secara signifikan, menjadi sekitar US$35.000 saat artikel ini ditulis.
Namun bagi Moldir dan banyak pengusaha Bitcoin lain di Kazakhstan, penambangan kripto telah membuat mereka kaya raya.
Emas digital
Penambangan kripto adalah proses yang mendasari banyak mata uang kripto, seperti Bitcoin, Ethereum, dan Litecoin.
Uang digital ini tidak memiliki pusat otoritas maupun bank. Alih-alih, setiap pembayaran dan transfer diperiksa oleh jejaring besar komputer sukarelawan.
Kalkulasi yang dilakukan ini sangat kompleks, sehingga tugas ini membutuhkan banyak sekali tenaga komputer.
Sebagai insentif, sistem ini memberikan upah bagi mereka yang bersedia meluangkan tenaga untuk Bitcoin.
Berkat bisnis seperti milik Moldir, Kazakhstan kini telah menjadi negara penambang Bitcoin terbesar di dunia, di belakang AS.
Negara tersebut menyumbang sekitar 18% kekuatan jejaring global yang membuat mata uang kripto ini berfungsi.
Industri ini mulai berkembang di Kazakhstan pada 2019, berkat cadangan listrik yang besar dan murah di negara tersebut, juga karena aturan pemerintahnya yang bersahabat dengan mata uang kripto.
Namun pada musim panas 2021, bisnis berkembang dalam skala mengejutkan. Ini berkat aturan pelarangan penambangan kripto yang tiba-tiba dan tak diduga dari negara tetangganya, China.