Telegram Padam dari Semalam

Telegram.
Sumber :
  • Cashcash Pro

VIVA – Aplikasi pesan instan Telegram mengalami down atau pemadaman sejak Senin malam, 17 Januari 2022. Bahkan hingga Selasa pagi hari ini, platform asal Rusia tersebut masih menunjukkan tanda pemadaman.

Bos Telegram Dibebaskan dari Tahanan usai Bayar Jaminan Rp 85,6 Miliar

Melihat dari situs Down Detector, Telegram yang merupakan aplikasi besutan Pavel Durov tersebut ditandai 'Laporan pengguna mengindikasikan kemungkinan ada problem di Telegram'.

Sekitar pukul 06:00 WIB ada sebanyak 13 laporan. Masih dari situs yang sama, laporan terbanyak datang pada pukul 22:00 WIB kemarin yang berjumlah 2.591, di mana sebanyak 64 persen mempermasalahkan koneksi server, 22 persen aplikasi, juga masalah login sebesar 15 persen.

Setelah Penangkapan, Hakim Interogasi Bos Telegram Pavel Durov di Prancis

"Gue mau login tele tapi ga ada sms kodenya. Apa masih down?" kata pengguna dengan nama Siska Risyanti, dikutip pada Selasa, 18 Januari 2022.

Pesaing WhatsApp itu juga menjadi trending di media sosial Twitter dengan jumlah tweet lebih dari 11 ribu.

Waspada Penggalangan Dana Palsu

Pengguna @Machitiss menulis "Gue udah maki maki wifi eh ternyata telegram nya yg down #Telegram," ujarnya.

"Kirain kuota gue abis, tapi inget baru isi kuota, padahal lagi chat an sama mas crush #Telegram," ujar pengguna lainnya bernama @MulyawatiAlya.

Sebelumnya, Jerman akan menutup Telegram jika mereka terus melanggar hukum di negara tersebut. Layanan pesan milik Pavel Durov ini populer di kalangan kelompok sayap kanan dan orang-orang yang menentang pembatasan aktivitas karena pandemi COVID-19.

Jerman saat ini sedang berdiskusi dengan mitranya di Uni Eropa tentang bagaimana caranya mengatur Telegram supaya tunduk sama hukum Jerman.

Media sosial asal Rusia itu semakin berkembang karena menawarkan cara termudah untuk menggunakan layanan obrolan terenkripsi, yang melindungi pesan dari pengintaian saat dikirim di antara pengguna.

Telegram dipandang sebagai sumber teori konspirasi dan ujaran kebencian di Jerman, terutama karena negara tersebut tengah bergulat dengan pandemi COVID-19. Aplikasi asal Rusia ini jadi platform utama bagi aktivis anti-lockdown.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya