Mengapa Terjadi Fenomena Hujan Berlian?
- Science
VIVA – Paul Sutter, astrofisikawan dan profesor penelitian, menyebut bahwa Planet Uranus dan Neptunus mungkin memiliki hujan berlian yang konstan di permukaannya.
Ia percaya jika di bawah lapisan permukaan dua planet es itu ada hujan berlian yang spektakuler dan terus-menerus. Keduanya planet yang benar-benar unik karena komposisi kimianya.
Mereka digambarkan sebagai raksasa es yang terdiri dari air, amonia, dan metana. Senyawa penyusun ini berada dalam bentuk padat ketika mereka masuk ke dalam planet selama pembentukannya, baik secara langsung dalam bentuk es atau terperangkap dalam air es.
"Jauh di bawah puncak awan hijau atau biru Uranus dan Neptunus, ada banyak air, amonia, dan metana. Raksasa es ini kemungkinan memiliki inti berbatu yang dikelilingi oleh unsur-unsur yang mungkin terkompresi menjadi kuantum yang eksotis," kata dia, seperti dikutip dari situs Express, Jumat, 14 Januari 2022.
Untuk memahami apa yang terjadi di bawah permukaan raksasa es ini, para ilmuwan mengambil data dari informasi yang mereka miliki tentang planet-planet ini dan menggabungkannya dengan eksperimen laboratorium yang mencoba mereplikasi kondisi interior Planet Uranus dan Neptunus.
Menurut Sutter, pemodelan matematika membantu para astronom memahami apa yang terjadi dalam situasi tertentu berdasarkan data yang terbatas. "Melalui kombinasi pemodelan matematika serta eksperimen laboratorium itulah kami menyadari bahwa Uranus dan Neptunus mungkin memiliki apa yang disebut hujan berlian," jelasnya.
Teori keberadaan hujan berlian di planet-planet ini pertama kali diajukan sebelum misi Voyager 2 yang diluncurkan pada 1977. Para ilmuwan saat itu hanya tahu sedikit tentang kedua planet, mereka menggabungkan apa yang mereka ketahui tentang konstituen planet bersama dengan pemodelan matematika.
Mereka juga menghitung bahwa daerah terdalam dari mantel planet-planet ini kemungkinan memiliki suhu sekitar 6.727 derajat Celcius dan tekanan 6 juta kali lipat dari atmosfer Bumi. Lapisan terluar mantel agak lebih dingin, yakni 1.727 derajat Celcius dan agak kurang bertekanan.
Pada tekanan tinggi ini metana dapat pecah lalu melepaskan karbon yang kemudian bergabung membentuk rantai panjang dan menciptakan pola mengkristal seperti berlian.