Mark Zuckerberg Dikecam, Elon Musk Hanya Tersenyum
- Fox Business
VIVA – Dua miliarder, Elon Musk dan Mark Zuckerberg, sama-sama menjadi pembicaraan menjelang akhir 2021, karena keduanya memicu kontroversi.
Kalau Musk diprotes China lantaran satelitnya nyaris bertabrakan dengan stasiun luar angkasa mereka, Zuckerberg dituding ingin menjajah Hawaii.
Pendiri Meta (Facebook) Mark Zuckerberg diketahui membeli 110 hektare tanah di Pulau Kauai, Hawaii, Amerika Serikat (AS). Aksinya ini justru menimbulkan protes dari penduduk setempat karena kepemilikannya termasuk reservoir dan hutan asli.
Dengan pembelian tersebut, maka saat ini Zuckerberg dan istrinya telah memiliki total 1.400 hektare tanah di pulau itu, yang sebagian besar adalah lahan pertanian dan konservasi.
Properti barunya termasuk Peternakan Ko'olau senilai US$100 juta atau Rp1,4 triliun dan juga Ka Loko, bendungan yang runtuh pada 2006 setelah 40 hari hujan yang menewaskan tujuh orang.
Pemilik sebelumnya disalahkan atas bencana itu. Mark Zuckerberg lalu membelinya pada November 2021 seharga US$17 juta atau Rp242 miliar, seperti dikutip dari laman Russian Today, Jumat, 31 Desember 2021.
Miliarder teknologi itu sebelumnya menghadapi tuduhan mencoba menjajah Kauai. Tindakan Zuckerberg dan istrinya dalam membeli rumah pertama mereka di Pulau Kauai pada 2014 hampir tidak bersahabat.
Ia memilih membangun tembok di sekitar propertinya seluas 707 hektare yang bertujuan untuk memblokir penduduk setempat mengakses Pantai Pila'a, tempat yang dicintai oleh penduduk setempat dan wisatawan.
Raja media sosial ini juga memiliki sebagian besar Perkebunan Kahu'aina dan Pantai Larsent setelah membeli lahan keduanya seluas 600 hektare pada April 2021 senilai US$53 juta atau Rp755 miliar.
Tim keamanan Zuckerberg lalu ditugaskan untuk melindungi keluarga dan aset mereka yang menghabiskan anggaran hingga mencapai US$23 juta atau Rp327 miliar.
Sebelumnya, pendiri Amazon Jeff Bezos membeli tanah senilai US$78 juta atau Rp1 triliun di Pulau Maui, Hawaii pada November kemarin setelah bercerai. Sementara Larry Ellison dari Oracle memiliki hampir seluruh Pulau Lanai, Hawaii.
Lantas, bagaimana dengan Elon Musk? Pendiri SpaceX itu menghadapi protes dari China setelah Satelit Starlink miliknya hampir dua kali menabrak stasiun luar angkasa negeri Tirai Bambu, yakni pada 1 Juli dan 21 Oktober 2021.
China bahkan sudah melaporkan hal tersebut ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena membuat nyawa taikonot – nama untuk astronot China – dalam bahaya. Protes China ini ditanggapi Musk dengan santai dan sedikit senyuman.
Ia mengatakan bahwa puluhan ribu satelit dapat ditampung di orbit yang dekat dengan Bumi. "Ruang angkasa itu sangat besar, satelit sangat kecil," jelasnya, penuh makna, seperti dilansir dari situs Metro.
Komentarnya ini muncul setelah Badan Antariksa Eropa (ESA) mengklaim bahwa Musk membuat aturan sendiri untuk industri luar angkasa komersial yang sedang berkembang.
Namun, ia langsung membantah bahwa proyek Satelit Starlink Internet Services menghalangi masuknya pesaing ke industri satelit, dengan menyebut ada banyak ruang di orbit Bumi untuk satelit.
"Ini bukan situasi di mana kita secara efektif memblokir orang lain untuk masuk ke bisnis ini. Kami tidak ada niat dan tidak mau memblokir siapa pun untuk melakukan apa pun. Beberapa ribu satelit bukanlah apa-apa. Ini seperti ribuan mobil di Bumi," klaim Elon Musk.