Kapan Matahari Berhenti 'Bernafas'?

Badai Matahari.
Sumber :
  • Daily Express

VIVA – Kematian Matahari diprediksi akan terjadi miliaran tahun di masa mendatang. Kehidupan Matahari saat ini ada di urutan utama, di mana fusi nuklir hidrogen memungkinkannya untuk memancarkan energi dan memberikan tekanan yang cukup untuk menjaga bintang agar tidak runtuh karena massanya sendiri.

PBB Sebut Warga Gaza Utara Hadapi Risiko Kematian akibat Penyakit dan Kelaparan

Jika demikian, maka Matahari akan mati sekitar 5 miliar tahun dari sekarang. Setelah membakar sebagian besar hidrogen di intinya, Matahari akan bertransisi ke fase berikutnya sebagai raksasa merah.

Pada titik ini, kira-kira 5 miliar tahun di masa depan, Matahari akan berhenti menghasilkan panas melalui fusi nuklir dan inti Matahari akan menjadi tidak stabil dan berkontraksi, menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA.

Tantangan serta Peluang Baterai dan Hidrogen dalam Transisi Energi

Sementara itu, pada bagian luar Matahari yang masih mengandung hidrogen akan memuai dan bersinar merah saat mendingin. Ekspansi ini secara bertahap akan menelan planet-planet tetangga Matahari, seperti Merkurius dan Venus, serta mendorong angin Matahari ke titik di mana mereka bisa menghancurkan medan magnet Bumi sembari melepaskan atmosfernya.

Ini hampir pasti akan menjadi berita buruk bagi kehidupan apa pun yang tersisa di Bumi pada saat itu dengan asumsi ada yang selamat dari peningkatan kecerahan Matahari yang diperkirakan akan menguapkan lautan Bumi dalam 1 hingga 1,5 miliar tahun, menurut sebuah studi 2014 yang diterbitkan dalam Geophysical Research Letters.

Pertama di Indonesia, Program Studi Artificial Intelligence (AI) Diluncurkan

Dalam beberapa juta tahun dari ekspansi awal ini, kemungkinan Matahari juga akan memakan sisa-sisa batuan Bumi, menurut sebuah studi 2008 yang diterbitkan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, mengutip dari laman Live Science, Selasa, 21 Desember 2021.

Matahari kemudian akan mulai menggabungkan helium yang tersisa dari fusi hidrogen menjadi karbon dan oksigen sebelum akhirnya runtuh ke intinya meninggalkan nebula planet yang indah di lapisan luarnya saat menyusut menjadi mayat bintang seukuran Bumi yang sangat padat jauh lebih panas yang dikenal sebagai katai putih.

Setelah para astronom dan astrofisikawan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang fusi, di mana mereka dapat menghasilkan model yang lebih lengkap ditambah dengan data emisi yang diamati dari beberapa bintang.

Usia prediksi juga dikuatkan oleh penanggalan radioaktif dari meteorit tertua, yang terbentuk dari nebula surya yang sama, piringan gas dan debu yang berputar, yang memunculkan Matahari dan benda-benda planet di sistem Tata Surya.

Perang Bintang di Pilkada Jateng, Jenderal Andika Perkasa vs Komjen Ahmad Luthfi

Duel Panas 'Perang Bintang' di Pilkada Jateng: 3 Lembaga Survei Ungkap Persaingan Ketat Andika Perkasa vs Ahmad Luthfi

Dua sosok Jenderal TNI (Purn.) Andika Perkasa, dan Komisaris Jenderal Polisi Ahmad Luthfi yang ikut dalam kontestasi Pilkada Jateng 2024 bersaing sangat ketat.

img_title
VIVA.co.id
19 November 2024