Ekstasi Bisa Bantu Obati Orang Stres Akibat Trauma
- BNN
VIVA – Orang-orang dengan gangguan post-traumatic stress disorder (PTSD) akan mengingat kembali tentang serangan fisik atau seksual, pertempuran atau peristiwa terkait bencana yang dapat menyebabkan kecemasan atau serangan panik serta kilas balik yang membuat penderita merasa lemah.
Di Amerika Serikat (AS), ada sekitar tujuh persen orang menderita PTSD dan rata-rata kehilangan sekitar empat hari kerja per bulan. Perawatan psikoterapi khusus trauma dilakukan dengan pemrosesan kognitif atau terapi bicara.
Tetapi untuk sekitar setengah penderita, pendekatan tradisional ini tidak efektif untuk mengatasi gejala PTSD sepenuhnya dalam jangka panjang. Obat antidepresan sering digunakan jika psikoterapi gagal, seperti dikutip dari situs Science Alert, Senin, 20 Desember 2021.
MDMA (3,4-methylenedioxymethamphetamine) adalah bahan aktif dalam obat terlarang ekstasi atau molly. MDMA dilarang karena meningkatkan suasana hati dan tingkat energi, menginduksi perasaan ikatan dengan orang lain dan menghasilkan halusinasi.
Efek yang sama ini telah dihipotesiskan untuk mendukung orang dengan PTSD selama sesi psikoterapi, karena mereka dapat membuat orang lebih mau dan mampu berbagi serta mengeksplorasi pengalaman traumatis mereka.
Meta-analisis baru dari uji klinis menegaskan manfaat psikoterapi yang dibantu MDMA dalam pengobatan PTSD. Penggunakan ekstasi atau produk molly secara mandiri tidak akan membantu gejala PTSD karena MDMA perlu digunakan bersama dengan psikoterapi di lingkungan yang aman dan terkendali.
Produk ekstasi atau molly yang dibeli secara ilegal tidak pernah menyebutkan jumlah pasti MDMA yang dikandungnya, sehingga tidak mungkin untuk memberikan dosis yang tepat untuk PTSD.
Namun demikian, mengambil terlalu banyak MDMA atau berolahraga saat menggunakan MDMA dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, kejang dan aritmia serta dapat merusak otot dan ginjal.