Ditunggu Aksi Duet BIN dan BSSN Lawan Hacker China
- CSO Online
VIVA – Pakar siber Alfons Tanujaya mengatakan usaha peretasan antar negara atau state-sponsored cyberattacks sudah menjadi hal yang umum dan patut diwaspadai oleh semua negara.
Pernyataan ini menanggapi laporan Insikt Group yang menyebutkan bahwa organisasi pemerintah dan sektor swasta di Indonesia menjadi target hacker China.
"Saat ini marak penetrasi digital dan mazhab digital yang dikuasai dua kubu, Amerika Serikat (AS) dan China, yang menguasai software dan lalu lintas informasi digital dunia,"kata dia kepada VIVA Tekno, Jumat malam, 10 Desember 2021.
Menurut Alfons, pemerintah harus pintar-pintar menempatkan diri dan melindungi kepentingan negara dari serangan hacker yang didukung negara seperti itu.
Di sinilah pentingnya peran dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
"Jadi, jangan cuma mengurusi masalah remeh-temeh seperti blokir internet saja, tapi high level hacking yang melibatkan aktor negara," tegas Alfons.
Pemerintah juga harus serius mencari talenta juga disiplin menjaga aset digital lembaga dan negara. Lalu, jangan lupa juga untuk menerapkan standard keamanan seperti ISO 27001 di semua kementerian/lembaga dengan disiplin ketat.
Tapi, kata Alfons, sebenarnya tanpa adanya laporan ini, baik BSSN, BIN maupun Kominfo sudah harus mengetahui bahwa negara-negara dengan kekuatan siber besar akan melakukan usaha untuk mendapatkan informasi dari negara lain, khususnya Indonesia karena banyak kepentingan ekonomi politik.
"Jangan salah fokus malah terlalu mengurusi consumer, tapi malah kebobolan di pertempuran siber kelas berat," papar Alfons.
Sebagai informasi, perusahaan keamanan siber Insikt Group yang berbasis di Massachusetts, Amerika Serikat (AS), mengingatkan peretas atau hacker China yang kemungkinan disponsori negaranya telah secara luas menargetkan organisasi pemerintah dan sektor swasta di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Menurut Insikt Group para hacker China menargetkan organisasi-organisasi pemerintahan di Indonesia dan Asia Tenggara yang terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur yang melibatkan perusahaan negeri Tirai Bambu.