Studi: Magic Mushroom Bisa Obati Orang Kena Depresi Berat
- Medical News Today
VIVA – Magic mushroom, jamur penyebab halusinasi, masuk ke dalam jenis narkoba yang berasal dari tumbuhan. Sekali dilihat sebenarnya jamur ini tidak terlihat spesial atau memiliki unsur “magic” seperti namanya.
Akan tetapi, sebuah penelitian kecil menunjukkan kalau magic mushroom punya dampak positif terhadap pengguna.
Jamur ajaib bernama latin psilocybe cubensis itu diklaim bisa membantu meringankan gejala pada orang yang mengalami depresi yang sulit diobati, menurut sebuah uji klinis.
Awal tahun ini, sebuah penelitian kecil menunjukkan bahwa magic mushroom bisa bekerja dengan baik dalam meredakan depresi sedang hingga berat. Uji coba terbaru dilakukan oleh perusahaan farmasi Compass Pathways asal Inggris.
Konon, hasilnya belum ditinjau rekan sejawat atau diterbitkan dalam jurnal. Jadi perlu tinjauan data lebih lanjut. Uji coba melibatkan 233 peserta dari 10 negara di Amerika Utara dan Eropa.
Para peserta dibagi menjadi tiga kelompok, yang masing-masing menerima dosis psilocybe cubensis berbeda yang berhubungan dengan psikologis.
Semua peserta sudah berhenti konsumsi antidepresan sebelum percobaan dimulai. Sebanyak 79 pasien menerima satu kali dosis 25 miligram obat, 75 menerima dosis 10 miligram, dan 79 menerima dosis 1 miligram.
Dosis terendah secara efektif berfungsi sebagai plasebo, untuk titik perbandingan dengan perawatan dosis tinggi.
Uji coba dilakukan secara double-blinded. Artinya, baik penyelenggara uji coba maupun peserta tidak mengetahui dosis pengobatan mana yang diberikan kepada setiap pasien, menurut situs Live Science, Sabtu, 27 November 2021.
Penyelenggara uji coba menggunakan Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (MADRS), ukuran umum dari depresi klinis untuk mengevaluasi gejala peserta sebelum perawatan dan tiga minggu sesudahnya.
Pada minggu ketiga, peringkat orang-orang dalam kelompok dosis 25 miligram telah turun rata-rata 6,6 poin lebih banyak daripada peringkat orang-orang dalam kelompok dosis rendah.
Tapi peringkat pada kelompok 10 miligram tidak jauh berbeda dengan kelompok dosis rendah.
Secara keseluruhan, 29,1 persen pasien dalam kelompok dosis 25 miligram telah mengalami remisi pada minggu ketiga dibandingkan dengan 7,6 persen dari kelompok plasebo.
Tiga bulan setelah perawatan, 24,1 persen dari kelompok 25 miligram masih menunjukkan respons berkelanjutan.
Artinya, skor MADRS mereka telah turun setengah dan tetap rendah dari waktu ke waktu. Sebagai perbandingan, 10,1 persen dari kelompok plasebo menunjukkan respons yang berkelanjutan.
Selama evaluasi, sebanyak 12 peserta mengalami peristiwa buruk yang serius, seperti perilaku bunuh diri, melukai diri sendiri secara disengaja atau ide bunuh diri.
Lima dari peserta ini berada di kelompok 25 miligram, enam di kelompok 10 miligram dan satu di kelompok 1 miligram.
Gejala semacam itu biasanya terjadi pada mereka yang mengalami depresi yang resistan terhadap pengobatan, dan beberapa insiden perilaku bunuh diri terjadi pada pasien yang pada dasarnya tidak melakukan pengobatan.