Studi: Percaya Horoskop Tandanya Kurang Cerdas
- Pixabay
VIVA – Orang yang berlangganan astrologi dan horoskop cenderung lebih narsis dan kurang cerdas, sebuah studi baru mengungkapkan.
Para psikolog dari Universitas Lund, Swedia, mensurvei lebih dari 250 orang tentang kepercayaan mereka pada astrologi dan profil kepribadian mereka.
Peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki keyakinan kuat mendapat skor lebih tinggi dalam hal narsisme tapi lebih rendah dalam kecerdasan.
Namun, peneliti juga menemukan bahwa kepercayaan pada horoskop dikaitkan dengan sifat-sifat keramahan dan ekstrovert.
Orang narsis mungkin lebih rentan terhadap horoskop karena mereka lebih menolak fakta dan menemukan framing positif yang menarik. Studi ini dilakukan oleh psikolog Petri Kajonius dari Universitas Lund.
"Astrologi semakin populer meskipun kurangnya dukungan ilmiah. Tidak jelas mengapa praktik kuno yang mempelajari posisi dan gerakan benda-benda angkasa ini kembali mengalami kebangkitan (populer)," kata Kajonius, seperti dikutip dari situs Daily Mail, Jumat, 26 November 2021.
Kajonius dan rekan-rekan ingin melihat apakah kepercayaan pada astrologi dikaitkan dengan ciri kepribadian tertentu. Mereka merekrut 264 orang melalui media sosial dan meminta mereka menyelesaikan serangkaian kuesioner.
Pertama, para ilmuwan mengeksplorasi sejauh mana setiap peserta percaya pada astronomi dan apakah mereka memahaminya.
Pertanyaan selanjutnya memberikan penilaian kepribadian secara umum bersama dengan tes khusus untuk tingkat kecerdasan dan sifat narsistik.
"Hasil utama menunjukkan bahwa semakin tinggi narsisme, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan terhadap astrologi," jelas Kajonius.
Karena prediksi astrologi dan horoskop cenderung dibingkai secara positif, maka hal ini memperkuat perasaan muluk mereka.
Bersamaan dengan ini pula, Kajonius dan ilmuwan lainnya mencatat sifat narsistik berkorelasi dengan keyakinan bahwa astrologi didukung oleh sains.
Studi Interdisiplin untuk Percepatan Penurunan Stunting
Stunting masih menjadi tantangan kesehatan global yang membutuhkan pendekatan berbasis sains.
