Fakta Zat Kimia BPA di Kemasan Pangan

Ilustrasi kemasan plastik
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Isu mengenai zat kimia berbahaya Bisfenol A atau BPA, masih menjadi sorotan di banyak negara, termasuk Indonesia. Zat kimia ini sering disamakan dengan bentuk polimernya yang ada dalam sebuah kemasan.

Jangan Dipecat, Kemenkes Imbau Perusahaan Lakukan Ini pada Karyawan yang Sakit TBC

Dalam bentuk monomernya, BPA merupakan zat berbahaya sama seperti asetaldehida yang ada dalam kemasan Polietilena Terepthalat atau PET. Tapi dalam bentuk polimernya, sudah ada kepastian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa itu aman untuk digunakan.

Ada beberapa fakta, yang menunjukkan bahwa BPA dalam kemasan pangan itu aman untuk dikonsumsi dan belum pernah menjadi penyebab penyakit, termasuk pada bayi dan janin.

Kebijakan Baru Kemenkes, Kontak Serumah dengan Penderita TBC Harus Segera Lakukan Ini

Dokter spesialis onkologi, Dr Bajuadji mengaku belum pernah menangani pasien terkena kanker karena keracunan BPA dari kemasan pangan.

“Mayoritas pasien kanker itu disebabkan faktor turunan dan lingkungan seperti radiasi serta zat pewarna atau formalin yang ada pada makanan,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Rabu 24 November 2021.

Bukan COVID-19 atau HMPV, Ternyata Ada Virus Ini yang Jauh Lebih Berbahaya Bagi Manusia

Hal senada juga disampaikan dokter Alamsyah.  Menurutnya, belum ada seorang ibu hamil yang janinnya terganggu kesehatannya hanya karena mengkonsumsi air galon guna ulang yang kemasannya berbahan BPA.

“Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan janin itu adalah asupan gizi, kebiasaan merokok, meminum alkohol, penyakit yang sudah diidap ibu terutama penyakit jantung, diabetes, dan keadaan trauma,” tuturnya.

Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesiajuga mengaku belum pernah menerima pengaduan dari konsumen terkait bahaya penggunaan kemasan pangan berbahan BPA

“Kalau untuk pengaduan khusus untuk wadahnya atau kemasannya, kami belum pernah menerima pengaduan dari konsumen hingga saat ini. Tapi kalau produknya, isinya, misalnya makanannya atau minumannya rusak, itu ada,” kata Koordinator Pengaduan dan Hukum YLKI, Sularsi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, The Interview

Terungkap, Ini Alasan Mengapa TBC di Indonesia Susah Diatasi

Kesulitan mengidentifikasi itulah yang membuat kasus TBC semakin banyak di Indonesia, sebab penyakit menular yang disebabkan karena bakteri Mycobacterium harus ditangani.

img_title
VIVA.co.id
22 Januari 2025