China Tegaskan Ingin Jadi Negara Super Power di Luar Angkasa
- SpaceNews
VIVA – Pelan tapi pasti. China bakal menumbangkan Amerika Serikat (AS) di luar angkasa. Kebijakan ini langsung di bawah arahan Presiden China Xi Jinping yang sedang berusaha untuk menjadikan negaranya sebagai kekuatan super (super power) di antariksa.
China pun memiliki proyek baru, bagian dari proposal penelitian Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional (National Natural Science Foundation of China), sebuah lembaga pendanaan yang dikelola oleh Kementerian Sains dan Teknologi.
Saat ini mereka sedang dalam tahap pembangunan Stasiun Luar Angkasa Tiangong (Istana Surgawi) untuk menyaingi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) di orbit Bumi.
Tiangong adalah penerus laboratorium ruang angkasa Tiangong-1 yang diluncurkan pada 2011 dan Tiangong-2 pada lima tahun kemudian. Tiangong dibangun dengan desain modular, mirip dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang dioperasikan oleh Amerika Serikat (AS), Rusia, Jepang, Kanada, dan Badan Antariksa Eropa (ESA).
Sebagai gambaran, ISS hanya memiliki lebar 109 meter (0,1 kilometer), namun menelan biaya hingga US$150 miliar (Rp2.140 triliun) serta membutuhkan 30 misi selama satu dekade untuk membangunnya.
Sementara proposal pesawat ruang angkasa China disebut-sebut berjumlah sepuluh kali ukuran ISS. Untuk membangunnya, China harus mengirim komponen ke luar angkasa dengan roket dan merakit pesawat ruang angkasa dalam gravitasi nol.
Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional China mengaku sedang mencari peralatan luar angkasa untuk eksplorasi masa depan dengan tujuan menetap dalam jangka panjang di orbit, seperti dikutip VIVA Tekno dari situs Express, Selasa, 23 November 2021.
Bukan itu saja. China juga merakit sendiri Tiangong seperti ISS. Bagian utama dari stasiun luar angkasanya ditempatkan di orbit Bumi pada April lalu, dan sudah dihuni selama 90 hari pada tahun ini. Tiangong kini mengambang 236 mil di atas Bumi.
China berencana menyelesaikan 11 misi lainnya hanya dalam satu setengah tahun ke depan untuk menyelesaikan proses pembangunan Tiangong. Sebelumnya, negeri Tirai Bambu berhasil mengambil sampel batuan Bulan untuk dianalisa. Prestasi ini membuat China sejajar dengan AS dan Rusia.
Mereka juga telah mendaratkan robot penjelajah di Mars, suatu prestasi yang sebelumnya hanya bisa dicapai oleh Amerika Serikat, serta telah melakukan pendaratan pertama di sisi terjauh Bulan.
Apa yang dilakukan China sesuai dengan peta jalan atau Roadmap 2050 tentang bagaimana Sang Naga Merah berambisi menjadi negara penjelajah luar angkasa terkemuka di dunia. Perlombaan ruang angkasa atau space race antara Amerika Serikat (AS) dan China tidak mungkin dihindari.
Ketika Beijing dengan yakin menatap Mars pada 2033, Washington DC masih dikelilingi keraguan. China secara tegas mengarahkan pandangannya untuk mengirim manusia ke Planet Merah pada 2033. Adalah Wang Xiaojun, selaku head of The State China Academy of Launch Vehicle Technology, menguraikan rencana ambisius negaranya.
"Tahun 2033 hanya tanda awal bagi kami dalam Program Luar Angkasa Berawak China. Karena, akan ada misi tambahan yang siap dijalankan, yaitu tahun 2035, 2037, 2041, dan 2043. Kami juga saat ini sedang dalam proses penyelesaian pembangunan Stasiun Luar Angkasa Tiangong," ungkap Wang.